Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Perjalanan Menuju Tempat Kerja

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak orang merasakan siksaan tersendiri setiap kali harus melakukan perjalanan menuju tempat kerja. Mengapa????  Berbagai penyebab bisa menjadialasan yang cukup logis. Beberapa di antaranya dapat kita sebutkan adalah :


  1. Jarak tempuh ke tempat kerja yang jauh, apalagi jarak itu ditempuh dengan angkutan umum
  2. Situasi lalulintas yang sering macet berjam-jam bagi mereka yang bekerja di kota-kota besar
  3. Medan atau lokasi tempat kerja yang terpencil, tanpa angkutan umum dan tidak memiliki kendaraan pribadi.
  4. Situasi tidak nyaman di tempat kerja, baik karena atasan yang terlalu otoriter atau ketidakharmonisan hubungan dengan teman di tempat kerja.
  5. Adanya persoalan pribadi dalam keluarga yang belum terpecahkan.
  6. ................... masih banyak alasan lain yang saya sulit menyebutkan semuanya.


Namun mengapa saya membuat tulisan dengan judul di atas???? Bukan berarti saya tidak pernah mengalami hambatan yang cukup serius ketika harus berangkat menuju tempat kerja. Sebagai seorang guru yang harus mengajar di tempat yang lumayan sulit dijangkau tanpa kendaraan pribadi, berbagai kendala sering menghadang perjalanan menuju tempat kerja.

Hambatan utama yang sering terjadi adalah jika satu-satunya kendaraan yang saya miliki mengalami kerusakan, belum lagi jika dihadang dengan turunnya hujan yang cukup deras. Jarak 35 km barangkali bukan jarak yang jauh bagi sebagian kawan-kawan yang setiap hari menempuh perjalanan Bogor- Jakarta, atau Jogja - Solo misalnya. Bagi kawan-kawan dari dua contoh jarak antar kota itu tak begitu masalah meskipun harus menggunakan angkutan umum, karena ketersediaan angkutan pada setiap saat dibutuhkan sangat memadai. Namun bagi kami (saya dan kawan-kawan senasib) jarak itu terasa begitu jauh dikarenakan tidak tersedianya angkutan umum menuju tempat kerja, terutama bagi kawan-kawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi (maklum, sebagian guru masih mengalami kesulitan untuk membeli sebuah sepeda motor, bekas sekalipun). Jarak terdekat ke sekolah dari angkutan umum adalah 9 km, dengan medan berbukit-bukit, jalanan sempit dipinggir tebing. Jika tertinggal oleh teman yang membawa sepeda motor, berarti harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar tukang ojek, sebab tak mungkin jarak itu ditempuh dengan jalan kaki. Hambatan bisa bertambah jika turun hujan di daerah hulu, sebab untuk sampai sekolah harus menyeberangi sungai. Meski telah dibuat semacam "jembatan" berupa sederet gorong-gorong dari buis beton, namun kalau hujan cukup deras, air meluber di atas gorong-gorong dengan arus yang sangat cepat, membahayakan bagi penyeberang (pernah ada siswa terhanyut ketika nekat menyeberang pada saat banjir).

Jika semua kendala itu teratasi, motor dalam kondisi siap pakai, kondisi cuaca cerah, perjalanan di medan yang cukup sulit ini menjadi menyenangkan. Dari total jarak 35 km, 26 km ditempuh dengan jalan kelas jalan negara Jogja - Wonosari yang cukup mulus. Meski kondisi jalan menanjak, menurun, berkelok-kelok, dan jika pagi hampir selalu berkabut,  namun dapat ditempuh dengan lumayan cepat, bebas macet, dan tidak terlalu banyak lampu pengatur lalulintas (bangjo).

Selepas persimpangan Sambipitu, dengan jalan yang lebih kecil dengan kualitas jalan lumayan (rusak), namun karena lalulintasnya tidak terlalu ramai, perjalanan dapat ditempuh dengan menyenangkan. Melewati jalanan di pinggir sawah, pinggir tebing, tetapi dinaungi hijaunya pepohonan (kalau musim kemarau belum datang), membuat pandangan mata begitu sejuk. Dari persimpangan ini, ada komitmen tidak tertulis, jika ada sesama guru tanpa kendaraan yang berdiri menunggu, asal searah perjalanan harus "dibawa". Jika mungkin diantar sampai tempat kerjanya, namun jika tidak sampai kaberpisah karena berbeda jalan. Keadaan persahabatan dan kekeluargaan di tempat kerja yang sangat baik, memungkinkan kami menyingkirkan rasa sungkan untuk saling menolong dan membantu dalam perjalanan.

Jika waktu luang, kadang kami menempuh jalan yang lebih pendek namun medan jauh lebih sulit. Menapaki punggung bukit, dengan kanan kiri jurang, sering menjadi hiburan tersendiri. Sering juga kami berhenti untuk beberapa saat menikmati panorama dari puncak bukit. Jika memandang ke selatan dan ke timur yang terlihat deretan bukit yang berbeut ketinggian. Mungkin karena saking banyaknya kemudian dinamai perbukitan seribu. Sedangkan ketika pandangan diarahkan ke utara kita akan melihat lembah bengawan solo di wilayah Klaten. Di sebelah barat membentang lembah Kali Opak di wilayah Prambanan Sleman. Di kejauhan berdiri tegak Gunung Merapi yang terkenal dengan wdhus gembelnya.

Bagaimana??? Anda ingin ikut menikmati perjalanan dan panorama indah di jalur perjalanan kami??? Silakan datangi sekolah kami, SMP 3 Gedangsari Gunungkidul. Tapi kalau anda takut perjalanan di daerah yang medannya sulit dan terjal, ya harus siap-siap stressssssssssssssssss.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline