Lihat ke Halaman Asli

Teha Sugiyo

mea culpa, mea maxima culpa

Sebaiknya Kita Bicara Sesuai Minat Orang Lain

Diperbarui: 15 Maret 2020   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gbr: thinkstock.

Suatu hari Nurhabibah  kerja shift siang masuk jam 12.30 wib. Setelah melakukan absen dan mengumpulkan teman-teman yang satu shift, mereka melakukan brifing yang menjadi rutinitas setiap harinya di toko mereka. Brifing tersebut dilakukan bersama Pramuniaga, Staff  Office, Security dan Store Manager/Asistant Store Manager. 

Pada hari itu Asistant Store Manager mereka juga ikut memberikan brifing. Tetapi entah mengapa ketika Asistant Store Manager (ASM)  masuk ke dalam ruangan, wajah dan ekspresinya sudah tidak enak dilihat.  Boleh jadi ia sedang emosi. 

Setelah habis brifing dan semua bubar biasanya Asistan Store Manager tersebut selalu berbicara kepada Nur. Entah mengapa hari itu dia tidak mau berbicara. Nur bicara dalam hati, "Salah saya apa ya, kenapa Ibu itu tidak mau bicara kepada saya?"

Hari pertama Nur mencoba berbicara lebih dulu kepada ASM itu,  tetapi dia ragu dan takut dia masih marah. Niatnya pun berubah dan tidak jadi bertanya kepadanya. Hari kedua masih sama, yang biasanya ASM selalu memanggil dan berbicara kepada Nur, hari ini dia diam dan tak mau berbicara kepada Nur. "Berarti aku yang punya salah, tapi salahku apa ya?" dalam hati Nur bertanya lagi.

Hari ketiga, mereka  berada di ruangan yang sama. Biasanya mereka selalu bercanda dan mengobrol. Tapi di dalam ruangan tersebut mereka hanya diam satu sama lain. Nur ingin berbicara duluan, tetapi sikap ibu tersebut, masih tidak enak dilihat, dan Nur putuskan untuk tidak berbicara duluan.

Hari keempat, di ruangan yang sama, Nur melihat ASM ada di sana. Ketika Nur ingin ke sana, ibu tersebut sudah duluan di sana. Mau gak mau Nur juga harus masuk ruangan tersebut karena dia ada keperluan juga.

Ketika mereka duduk dan hanya berdua, Nur mencoba berbicara lagi kepadanya tetapi dia masih takut. Sepuluh menit kemudian, Nur  beranikan untuk bertanya suatu hal mengenai pekerjaan juga. Percakapan mereka pun dimulai.

"Buk, bagaimana menurut Ibu tentang pajangan yang saya buat?"

"Hmm ... bagus". Dalam hati Nur berkata, kok hanya itu saja yang diucapkan! Kemudian dia bertanya lagi.

"Buk, kemarin itu yang masalah itu cemana ya Buk?"

"Iya nanti saya pikirkan".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline