Lihat ke Halaman Asli

Teha Sugiyo

mea culpa, mea maxima culpa

Cerpen | Masih Ada Asa yang Tersisa

Diperbarui: 25 Februari 2017   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: sesawi.net

MASIH ADA ASA YANG TERSISA

1

Susan memandangi stick drumband itu dengan nanar. Pikirannya tidak sedang tertuju pada derap irama yang harus dimainkannya pada genderang itu, tetapi pada seseorang yang selama ini mengganggu mimpi-mimpinya. Keruan saja, ketika pemimpin drumband itu memberi aba-aba untuk memulai setelah jeda panjang, ia kelimpungan beberapa saat. Setelah mengatur suasana hatinya, ia pun mampu mengikuti alur seirama teman-teman yang lain.

Dengan seragam putih abu-abu, berada di barisan depan kelompok drumband, ia nampak anggun. Rambutnya yang diikat seperti ekor kuda, dan wajahnya yang dipoles bedak tipis tanpa aksesories lain, menunjukkan kesederhanaan. Justru itulah yang membuat daya tarik tersendiri. Di kelas ia termasuk sepuluh besar di antara teman-temannya.

Sejak duduk di kelas terakhir, hatinya tertambat pada seseorang anggota kelompok fanfare. Mereka sering unjuk kebolehan bersama saat ada perhelatan akbar bagi kalangan pendidikan atau kotamadya dan pemerintah daerah. Sayangnya ia bertepuk sebelah tangan. Orang yang diharapkannya dapat menjadi sandaran hatinya ternyata lebih tertarik pada Pri, teman sekelasnya, yang dalam barisan drumband itu berada di sebelah kirinya.

Ia berada di barisan belakang pada kelompok fanfareyang memainkan musik tiup. Sekali-sekali ia memperhatikan rombongan drumband, dan secara khusus melirik orang yang berada di barisan depan. Susan merasa mendapatkan angin segar, walau dia tidak tahu siapa yang sebenarnya menjadi perhatian lelaki itu.

Lepas sekolah Susan mendapat tugas di Jember dan lelaki itu di desa Semboro yang jaraknya tidak terlalu jauh. Masih juga belum ngeh, saat lelaki itu berkunjung ke asrama, mata Susan nampak berbinar-binar saat bercerita tentang teman-temannya. Lelaki itu merasakan getaran hati Susan yang berbunga-bunga, namun ia hanya tersenyum hambar. Satu tahun bertugas, kemudian lelaki itu kembali ke Malang dan selanjutnya pindah ke Bandung untuk menyongsong ketidakpastian.

Dalam sebuah suratnya Susan menceritakan kalau ia akan menikah dengan seorang lelaki, yang katanya memang bukan dari Jawa asli, namun karena tidak ada kabar berita dari lelaki yang tak tahu diri itu, ia pun menempuh hidup baru. ***

2

“Kamu boleh pacaran dengan Regi, tapi ingat, dia kan masih kecil. Masih kelas enam. Kamu sebagai gurunya, harus menjaga dia, mengasuh dia, dan suatu saat kamu boleh memetiknya,” kata Mbak Nuk yang menjadi kepala sekolah di SD Swasta itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline