Minggu keempat: Terinspirasi film
Aku memang seorang anak petani tak sekolah tinggi. Apakah salah jika aku punya mimpi untuk menjadi penyekam? Ketika pintu terbuka, mengalir cercaaan, deraan, gebukan dan hinaan menghiasi hari-hariku yang seolah tak kunjung henti. Aku tetap bertahan. Ingat ayah yang menderita. Aku tak ingin mengulang sejarah yang buram.
Saat-saat menjalani ujian menyelam yang penuh intrik dan kelicikan, kejujuran dan kegigihan berhasil mengalahkannya. Tak ada alasan lagi untuk menolakku.
Saat mendorong teman untuk menyelamatkan mereka di atas geladak, justru benda berat dari dasar laut itu jatuh tepat menghancurkan tungkai kaki kiriku. Langit pun gelap dan rasanya, hidup dan karieku pun berakhir.
Kuminta kaki itu dipotong dan dewan medis harus mengembalikan kesehatanku alam dua belas minggu. Dalam masa-masa pemuihan itu terdengar kabar aku akan dipensiunkan. Leslie pelatihku tak suka juga akan keputusan itu. Ia pun membimbingku, melatihkan dengan keras untuk mengembalikan kehormatanku sebagai penyelam agung.
“Masa depan penyelam laut dalam harus mampu menggunakan peralatan selam mutakhir seberat 290 pun. Jika ada yang mau menggunakannya, dia harus berjalan 12 langkah tanpa dibantu”. “Ambisiku sebagai angkatan laut telah mengorbankan banyak orang yang kucinta. Mereka menderita dan berkorban untuk mendukungku. Jika aku berhadil berjalan 12 langkah hari ini, kembalikan karier dan kedudukanku supaya aku dapat pulang dengan damai”.
Kami punya tradisi. Ada yang baik, ada yang buruk. Tapi aku tak ada di sini, jika bukan karena tradisi hebat itu: Kehormatan!
“Penyelam memanglah bukan petarung. Ia ahli menyelamatkan. Jika hilang ia akan menemukannya. Jika tenggelam ia akan membawa naik. Jika beruntung ia akan mati 200 kaki di bawah air itulah yang terhebat baginya, untuk menjadi pahlawan”, kata pelatih.
Saat berhasil menyelesaikan 12 langkah, kudengar: “Angkatan Laut Amerika dengan bangga mengembalikan Senior Chief dan penyelam Carl Brashear ke tugas penuhnya!” kata-kata pimpinan angkatan laut itu seolah membahana menggema memenuhi jagat raya...
“ Pria yang kunikahi, tak pernah menyerah pada apa pun...”, kata istriku sambil membisikan kata cinta.