JAKARTA. Dimakan mati ibu, tidak dimakan mati ayah. Begitulah sebuah situasi di mana tidak ada satu pun pilihan yang mengenakkan (favourable) perasaan. Situasi ini disebut dilematik.
Dalam kehidupan sehari hari, memang sering kali sekonyong-konyong situasi dilematik sudah berada di hadapan kita. Sudah tentu, kita akan mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan.
Hal ini, karena dua alternatif pilihan yang tersedia sama-sama berdampak pada tidak mengenakan perasaan kita. Untuk menyikapi hal ini, maka kita perlu menemukan cara untuk menentukan pilihan dalam situasi dilematik tersebut..
Pada dasarnya pilihan harus diambil secara mandiri, tenang, terukur, dan tidak terburu-buru. Kuncinya adalah menyadari sepenuhnya bahwa situasi dilematik ini adalah situasi kekinian, yang sudah ada di depan mata, sehingga akan membuang buang waktu apabila pikiran tercurah hanya untuk meratapi penyebab situasi dilematik tersebut.
Sebaliknya, justru kita perlu mencurahkan pikiran dalam mencari peluang agar nantinya diperoleh keuntungan terbesar dan risiko terkecil dari masing-masing situasi dilematik tersebut.
Menghadapi situasi kekinian tersebut tentunya harus dihadapi dengan cara responsif, sebaliknya jangan pernah dihadapi dengan cara reaktif.
Dengan cara responsif maka muatan permasalahan dapat tergali secara dalam dan komprehensif.
Sedangkan apabila dengan cara reaktif, maka muatan permasalahan hanya digali secara dangkal dan tidak menyeluruh.
Dengan demikian, tentunya keputusan yang akan diambil dengan cara responsif akan lebih baik dibandingkan dengan cara reaktif.
Sebagai contoh, menganalisis permasalahan melalui pembicaraan telepon lebih reaktif dari pada melalui pembicaraan tatap-muka dalam perundingan.
Sementara, menganalisis permasalahan dari dokumen tertulis, termasuk melalui SMS, tergolong responsif. Namun, tentunya SMS kurang komprehensif dibandingkan dari dokumen berupa surat dan dokumen tertulis lainnya.