Lihat ke Halaman Asli

Sugiarto Sumas

Widyaiswara Ahli Utama

Teknologi Informasi Berbasis Digital

Diperbarui: 12 Desember 2022   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreasi sendiri menggunakan aplikasi Canva.com

JAKARTA. Entah masa lalu, masa kini, atau masa depan, manusia selalu memerlukan informasi. Namun yang membedakannya adalah kecepatan dan kapasitas pengirimannya.  Masa lalu lebih lambat dan terbatas karena menggunakan teknologi analog. Masa kini lebih cepat dan  masif, hampir tak terbatas,  karena menggunakan teknologi digital.

Meskipun terdapat perbedaan kecepatan  dan kapasitas penyampaiannya, sejatinya setiap informasi akan memuat suatu kejadian, baik kejadian alam pada umumnya, yang disebut kejadian alami, maupun kejadian manusia, yakni kejadian sebagai dampak perbuatan manusia.

Pada dasarnya, setiap informasi  tidak memiliki predikat apa pun, bersifat netral. Belum dapat dikategorikan sebagai informasi positif atau informasi negatif.

Sampai kemudian muncul reaksi dari penerima informasi yang sesuai dengan kepentingannya, yang dengan serta merta mengelompokkan informasi ke dalam 2 kutub ekstrem berbeda dan bertolak belakang.  Misalnya baik atau buruk, senang atau susah, suka atau duka, untung atau rugi, positif atau negatif, dan lain-lain.  Sementara itu, apabila informasi di kategorikan berada di tengah-tengah dari 2 kutub yang berbeda, maka disebut informasi netral.

Sebagai contoh, ketika 2 orang yang berbeda kutub, katakanlah Bapak Paul dan Ibu Nelly menerima informasi tentang cuaca,  bahwa selama bulan Mei 2023 sampai  Agustus 2023 akan terjadi kemarau panjang, maka mereka dapat bereaksi berbeda dan bertolak belakang.

Bapak Paul, yang mewakili penerima informasi dengan reaksi positif, akan membayangkan terjadinya kelangkaan air bersih, kebakaran hutan, kabut asap, penyakit pernafasan, dan lain-lain. Maka, reaksi yang timbul dari Bapak Paul adalah tidak menyerah dan berupaya mengurangi risiko kejadian sedini mungkin, bahkan dapat pula bertindak ekstrem dengan membiarkan kejadian berlangsung untuk memetik keuntungan dari kejadian itu, dengan membuka bisnis penjualan air bersih dan masker, serta konsultan pemadaman kebakaran.

Sebaliknya, Ibu Nelly, yang mewakili penerima informasi dengan reaksi negatif, akan sama-sama membayangkan terjadinya kelangkaan air bersih, kebakaran hutan, kabut asap, penyakit pernafasan dan lain-lain. Namun, reaksi yang timbul dari Ibu Nelly adalah mencari kambing hitam penyebabnya, meratapinya, pasrah dan menyerah menghadapi kejadian, bahkan akan menjadi korban apabila tidak dibantu oleh orang lain yang berpikiran positif seperti Bapak Paul.

Dengan mengikuti alur pikiran dan reaksi Bapak Paul, maka informasi selalu diperlukan oleh manusia dalam rangka mempertahankan hidupnya, bahkan mengambil keuntungan dari informasi tersebut.  Dengan kata lain, informasi merupakan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Charles Darwin, tentang "seleksi alam" dalam teori evolusi biologi, yang kemudian dikembangkan dalam ilmu ekonomi oleh Herbert Spencer menjadi "Survival of The Fittest". Pada intinya, hanya makhluk yang pandai menerima dan mengadaptasi informasi yang akan bertahan hidup.

Sementara itu, informasi  dapat pula mendapat reaksi netral  apabila penerima informasi  tidak merasa memiliki hubungan dengan informasi dimaksud, atau tidak memahami informasi yang diterima.

Katakanlah, anak kecil penumpang pesawat hanya bereaksi netral, ketika berkumandang suara pramugari yang meminta para penumpang untuk memasang sabuk pengaman (safety belt) masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline