Lihat ke Halaman Asli

Sugianto PS

Seorang murid, dan selamanya begitu.

Valentin, Cokelat dan PEA

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12976271371987347322

Kita mengimpor Valentin beserta pernak-perniknya dari negeri Barat. Sebagian besar orang mempercayai tanggal 14 Februari sebagai hari yang berhubungan dengan Santo Valentinus. Konon Paus Gelasius I yang memperkenalkan perayaan pada tanggal ini untuk menyaingi perayaan Lupercalia setiap tanggal 15 Februari, suatu tradisi pengagungan Dewa Lupercus, dewa kesuburan Roma kuno. Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine. (Sumber: Wikipedia) Lalu, bagaimana mungkin tradisi Valentin dari Eropa ini berhubungan dengan cokelat, produk warisan suku Maya dan Aztec di benua Amerika? Cokelat merupakan makanan yang diolah dari biji kakao, yaitu dari  tanaman Teobroma cacao, tanaman asli tropis yang sudah tumbuh sejak 1100 SM di benua Amerika. Istilah cokelat sendiri diperkenalkan orang Spanyol ke dalam Bahasa Inggris. Kata Chocolate mungkin bertalian dengan kata " xocolātl" dari bahasa Nahuatl, bahasa asli suku Aztec. Konon para pemimpin Maya mempersembahkan kako kepada penjajah Spanyol dan sejak itulah coklat mulai menginvasi Eropa. Adalah Richard Cadbury yang untuk pertama kalinya pada tahun 1892, mendesain produk makan cokelat berbentuk hati. Berkat pendekatan pemasaran dan pengenalan kembali Santo Valentinus, usahanya berhasil  di pasaran. Di Jepang juga dimulai tradisi pemberian coklat oleh wanita kepada pria: giri Choko. Pada pertengahan tahun 1960, psikolog Dorothy Tennov melakukan survei terhadap 400 orang tentang bagaimana rasanya jatuh cinta. Banyak respondennya menyebutkan gejala seperti cemas, wajah memerah, gemetaran, dan dag dig dug. Itu semua adalah emosi-emosi biologis. Dan hampir semuanya bisa disebabkan oleh senyawa yang disebut PEA, phenylethylamine, suatu amina seperti  Amphetamine di otak. Senyawa ini merangsang keluarnya Norephinephrine dan Dopamine, yang pada gilirannya akan menggiatkan sistem saraf simpatis. PEA memegang peranan penting saat seseorang jatuh cinta dan orgasme. Peneliti Michael Liebowitz mengatakan bahwa cokelat dipenuhi dengan PEA. Pada tahun 1983 dia menulis buku The Chemistry of Love, yang sekarang dikenal dengan teori cokelat tentang cinta. Kita terlambat menyadari kekuatan cokelat, karena suku Indian kuno telah memanfaatkan cokelat sebagai aphrodisiac. Apakah Anda memberikan cokelat di hari cinta ini? Atau menerima cokelat dari lawan jenis Anda? Ingatlah sambil tersipu-sipu akan nostalgia suku Maya dan Aztec pada abad-abad sebelum Masehi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline