Lihat ke Halaman Asli

Pegawai? Tungggu Dulu

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Manusia
makhluk sosial. Tak elak kita membutuhkan bantuan orang lain. Meski demikian,
tidak kesemuanya orang lain harus mengerjakan apa yang seharusnya kita kerjakan
secara  mandiri. Telunjuk bak Amunisi
yang siap menembak sasaran. Harusnya, selama bisa mengerjakan sendiri dengan
tangan kita ,maka menuding adalah suatu perkara yang tidak tepat. Memberontak dan
memberondong orang lain bak budak siap pakai.(#HALSEPELE :CURHATAN TEMAN KERJA.)
“ongkang-ongkang” berharap gaji setifikasi terbayar penuh guna melunasi hutang.
Jika  sistemnya demikian, maka dapat
dikategorikan Indonesia kaya penyelundup. Penyelundup uang, peyelundup barang
hingga penyelundup waktu. Ini baru rupa satu lembaga, bagaimana dengan lainya??
Seperti inikah negeri ini? Lantaskah disebut
“bejat”??? ketika masuk dalam dunia Pegawai,sebelumnya  semua diharapkan punya system  diri yang baik. System diri yang disesuaikan
dengan peraturan. Bukan system diri yang terbawa arus, jika itu sudah tercipta
kuat dalam diri barulah bisa mencoba ikut nimbrung dalam system pemerintahan. Nantinya
jangan dibayangkan semudah membalikan telapak tangan ketika punya system diri
yang baik untuk diaplikasikan. Akan sangat banyak tantangan, kemungkinan paling
kecil adalah system baikmu tidak punya sosialita. Dalam artian semua mengikuti
arus dan system baikmu akan banyak melawan arus. Kuat bertahan? Perkiraan hanya
2-3 tahun tidak mengikuti system terpuruk yang ada. Banyak hujatan, banyak
cemoohan, banyak bujukan-bujukan. Ketika tak berhasil melawan system maka
hanyutlah engkau dalam ambang jurang kehancuran diri yang tidak terkoreksi. Mau
lari? Siapa yang akan membenahi kalau kau lari!!! Mau bertahan?? Kuat dengan
lingkungan yang demikian?.


Perintah rosul “lawan kemungkaran
dengan tangan(tindakanmu), berikutnya lisanmu dan terakhir hati( nimbrung tapi
mengingkari), Maka itu serendah-rendahnya iman.


Semua
bukan bergantung pada diri kita. Tapi pedoman diri kita apakah sesuai aturan
agama, karena aturan agama tidak mungkin menerak aturan pemerintah. Berharap Indonesia
akan lebih berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline