Pemilu Legislative dan Pilihan Presiden sudah di ambang pintu. Prosesnya sudah dimulai, pendaftaran calon legislative dan calon presiden. Pesta demokrasi segera berlangsung. Rakyat Indonesia akan memilih wakilnya dan memilih pemimpin negerinya. Semua sudah maklum. Semua juga sudah maklum bahwa rakyat Indonesia adalah umat Islam sebagai pemilih terbesar. Ironisnya, baru suaranya yang besar. Mengelola suara ummat yang besar ini masih belum ada yang mampu.
Gagasan untuk menyatukan suara umat Islam sudah sangat sering kita saksikan melalui beragam media. Tidak ada yang kurang dalam berargumentasi. Luar biasa. Kita menunggu siapa yang mampu merealisasikannya. Tidak berhenti hanya "seandainya". Yakin, kalau umat Islam masih tetap berkelompok dan taklid politik dengan kelompoknya, maka kita bakal melihat umat Islam gigit jari kembali. Tidak menikmati pembangunan dan hasil pembangunanya. Hanya nonton pembangunan tapi tidak terlibat dalam pembangunan. Betul-betul jadi penonton, tidak ikut menjadi tenaga kerja sebuah proyek, misalnya. Atau, betul-betul jadi penonton gedung apartemen mewah tapi tidak mampu menikmati tinggal di dalamnya.
Ironis memang (jika itu terus terjadi). Membeli air dari sumber air sendiri. Menjadi pelayan di rumah sendiri. Ini bisa dirubah dengan politik, kata para politikus. Tentu jika para pemimpin politik dan pemimpin partai umat Islam tidak egois. Pemimpin politik yang dimaksud adalah para pemimpin organisasi Islam. Jika pemimpin organisasi Islam betul-betul ikhlas untuk Islam dan umat Islam, bukan untuk diri dan kelompok kecilnya, Harusnya sudah ada Poros Nahdhatul Muslimin (PNM).
NM sejatinya adalah inisial dari Nahdhotul Ulama dan Muhammadiyah. Organisasi Islam di Indonesia sesungguhnya hanya dua yaitu NU dan kawan2 dan Muhammadiyah dan kawan2. Umat Islam di Indonesia yang terbesar masih taklid politik pada dua organisasi itu. Jika kedua imam organisasi itu bisa bersepakat untuk memilih pada pilihan yang sama, ini sungguh luar biasa akan bermanfaat bagi Islam dan umat Islam. Inilah kebangkitan umat Islam yang sesungguhnya, Poros Nahdhatul Muslimin (PNM). PNM dapat berarti Poros kebangkitan umat Islam.
Jangan bicara dulu pernah ada Masyumi yang gagal. Jangan bicara gagal. Upayakan terus untuk kebangkitan umat Islam yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H