Indonesia boleh bangga, karena rakyatnya sudah banyak yang melek internet. Menurut informasinya, orang Indonesia termasuk lima terbesar pengguna internet di dunia. Kata-kata konek, tidak ada sinyal, di share saja, posting terbaru, paket habis, itu hoax, dan lain lain, sudah terbiasa di dengar setiap hari. Di kota maupun di desa, tua maupun muda, remaja maupun anak-anak, semua keranjingan internet. Semua keranjingan sosmed.
Indonesia harus khawatir, karena rakyatnya memiliki tingkat literasi yang buruk. Rakyat Indonesia kurang membaca buku, akibatnya sedikit sekali pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki. Daya analisis dan logika yang dipunyai juga amat tumpul. Dampak dari itu semua adalah nyaris tidak dapat memilah dan memilih informasi yang benar dan bermanfaat, ketika memperoleh informasi yang begitu banyak dari internet atau sosmed.
Sebagian (besar ?) orang Indonesia dikenal menyukai barang instan. Suka makanan instan, suka memperoleh kedudukan secara instan, suka mendapatkan uang secara instan, dan lain-lain. Konon, untuk memperoleh gelar kesarjanaan juga ada yang instan. Lahirlah ijazah palsu dan sarjana palsu. Tidak heran, apabila kemudian mereka menyukai, menyebarkan atau membuat beragam produk palsu. Salah satu diantaranya adalah informasi palsu atau informasi bohong.
Sekarang, informasi palsu atau berita bohong atau yang lebih populair dengan istilah hoax, sudah sangat banyak dan bervariasi. Tak terkecuali dalam bidang agama. Berita yang berkaitan dengan agama akan mudah menyentuh emosi orang banyak. Produser berita bohong tentu sangat faham dengan kondisi demikian, sehingga pasti akan membuat berita bohong dengan tujuan tertentu. Tujuannya bisa politik - kekuasaan, ekonomi - bisnis, agama atau lainnya. Di dalam melakukan aksinya, produser berita bohong pasti akan memanfaat tingkat literasi orang indonesia yang rendah itu.
Berkaitan dengan tingkat literasi yang memprihatikan, Anis Baswedan pernah berujar : " Sesungguhnya orang Indonesia memiliki minat baca yang tinggi, tapi memiliki daya baca yang rendah". Itu terbukti ketika seseorang menerima pesan di Whatsap, maka akan segera dibaca. Sebaliknya, manakala pesan yang diterima itu panjang (apa lagi pesan itu serius), maka biasanya tidak akan dibaca. Salah satu ciri berita bohong yang mudah menyebar adalah berupa pesan instan. Yakni pesan yang ringkas.
Pesan keagamaan yang ringkas akan cepat dibaca, cepat dimengerti, cepat diiyakan dan cepat disebarkan. Apalagi jika dibumbui "argumentasi atau dalil" yang disertakan, pesan akan lebih cepat menyebar. Sedikit sekali orang yang membaca pesan seperti itu ikut mengkaji argument atau dalil yang disertakan tersebut sahih, lengkap atau tendensius. Oleh karena itu sangat perlu adanya "saluran" untuk mengkonfirmasi pesan-pesan seperti itu hoax atau bukan.
Saat ini memang telah ada beberapa metode /cara untuk memeriksa pesan hoax atau bukan melalui google.com, akan tetapi tidak semua orang mampu dan mau melakukannya. Terkesan ribet bagi kebanyakan orang dengan tingkat literasi rendah.
Seandainya saya menjadi Menteri Agama, saya akan kumpulkan anak-anak muda berakhlaq bagus dan pintar, dari seluruh pondok pesantren dan perguruan tinggi di Indonesia. Saya akan pilih mereka yang pintar ilmu agama dan pintar teknologi informasi.
Untuk memudahkan kerja ini, saya akan minta bantuan para kyai pengasuh pondok pesantren dan pimpinan perguruan tinggi untuk memilih anak muda yang memiliki kriteria dimaksud. Saya katakan kepada para kyai dan pimpinan perguruan tinggi, bahwa anak-anak muda yang terpilih nanti akan diberi tugas berjihad memerangi berita hoax, khususnya di bidang keagamaan. Untuk sementara di bidang agama Islam terlebih dahulu. Mereka akan menjadi sukarelawan dalam akun "apa ini hoax".
Akun "apa ini hoax" dibuat di semua layanan medsos yang ada di jagat internet. Diantaranya FB, WA, Twiter, Catfish, Call Id, dll. Akun ini akan saya publikasikan sebagai akun resmi dari Kementerian Agama yang khusus untuk menkonfirmasikan pesan hoax. Apabila masyarakat menerima pesan yang meragukan kebenarannya, maka mereka dapat langsung bertanya dengan meneruskan pesan tersebut kepada akun "apa ini hoax".
Begitu ada pesan masuk pada akun "apa ini hoax", maka para sukarelawan yang terdiri anak-anak muda pintar dan berakhlaq mulia ini akan langsung mengkaji kebenarannya.