Sesak tapi tiada orang, ramai tapi sepi itu yang ku rasakan kala nunggu panggilan antrian yang tak kunjung datang.
Satu jam lebih terkapar duduk dikursi dengan sandaran besi berlubang. kursi duduk itu bang!
Mau bertanya pada siapa nomor antrian terkini ko masuk duluan, padahal angkanya diatas nomor saya. Bertanya tapi tak bersuara pandangam lagi lagi tertuju pada benda merah yang tergantung di dinding tepat arah pukul 1 depan saya.
Bokong mulai gusar gesar geser panas dirasa pikiran suntuk, beda dengan benda merah itu tergantung tenang tanpa rasa. Tertulis APAR sebuah alat pemadam api ringan keberadaannya saat ini tenang karena tak mungkin digunakan sebab situasi lagi aman.
Dia tak akan bergerak selama tidak ada kobaran api yang mengancam. Dia juga disiapkan bukan untuk pajangan melainkan sebagai standar keselamatan ringan sekaligus pembuktian nilai suatu pelayanan.
APAR Alat Pemadam Api Ringan tak pernah usang sesekali mungkin diisi ulang tapi tak pernah pulang karena dia hanya pelengkap ruang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H