Lihat ke Halaman Asli

Sugeng Riyadi

Diaspora Indonesia di Qatar

Sebelum, Selama & Sesudah Ramadan

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14067321261147378554

[caption id="attachment_335736" align="aligncenter" width="700" caption="dok.pribadi (fotografi: Wisnuendro)"][/caption]

Dukhan - Qatar | Ramadan, bulan yang didalamnya ada malam seribu bulan. Ramadan, bulan yang didalamnya dibuka lebar-lebar pintu rahmat, ampunan dan pembebasan diri dari api neraka. Bulan yang sangat mulia bagi siapa saja yang mengimaninya.

Ramadan, baru saja berlalu. Pergi meninggalkan hamba-hambaNya yang beriman. Semangat Ramadan masih bisa kita ingat dengan baik. Semangat itu masih melekat dalam otak kita. Semangat umat beriman yang rela bangun diawal pagi sebelum azan dikumandangkan. Rela membuka mata yang masih rapat dibalik selimut. Berebut hikmahnya mengakhirkan makan sahur.

Rasa berat di kaki untuk melangkah ke masjid berubah menjadi langkah kaki yang ringan. Shof-shof sholat di masjid dipenuhi jamaah.

Tidak hanya sholat tarawih di malam hari, shof-shof sholat lima waktu bertambah jumlahnya, bahkan shof-shof sholat malam di 10 hari terakhir Ramadan. Sebuah pemandangan betapa indahnya berjamaah. Betapa indahnya kebersamaan dalam iman dan islam. Islam yang begitu nampak ghirahnya!

Suara-suara merdu bacaan tartil Qur’an terdengar di setiap waktu. Suasana masjid ba’da sholat wajib dipenuhi jamaah yang merutinkan dalam membaca dan mengkaji ayat-ayatNya. Lidah yang terbiasa kelu untuk melantunkan ayat-ayat suci, selama ramadan berubah seketika. Setan-setan yang dibelenggu seolah tak mampu menggoda lidah untuk tidak membaca dan mentadabburi kitab petunjuk kehidupan, Al Qur’anulkareem.

Kaum kurang mampu secara ekonomi menjadi terperhatikan. Hadirnya Ramadan merupakan keberkahan bagi mereka. Ramai orang begitu ringan dalam mengeluarkan infaknya. Berzakat, berinfak dan bershodaqoh menjadi hal yang sangat nikmat ditunaikan.

Di luar Ramadan, berat sekali rasanya mau merutinkan puasa sunnah senin dan kamis. Padahal Cuma dua kali seminggu. Tapi ketika Ramadan tiba, semua yang beriman terpanggil, walaupun harus berpuasa setiap hari sebulan penuh, semangatnya begitu luar biasa. Semua menjadi ringan tanpa beban.

Saya nggak tahu kenapa sebabnya. Bisa jadi karena lingkungan sekitar yang sedang berpuasa semua. Bisa jadi karena warung-warung favorit pada tutup di siang hari. Bisa jadi karena nggak ada yang masakin.

Bisa jadi berharap terampunkan dosa-dosanya semasa hidup di dunia seperti sabda Rasulullah

"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)



Bisa jadi karena benar-benar berharap keridhoan Allah dan memenuhi panggilan Allah seperti termaktub dalam QS Al Baqarah:183.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline