Setiap perhelatan pengajian di pelosok kampung-kampung, ingatanku selalu terkesan dengan sentuhan strategis kaum ibu. Ya, meskipun tak selalu kelihatan dari arah podium. Ibarat ruh pada tubuh manusia, nyata namun tak kasat mata. Vital. Ini bukan hanya sekitar konteks logistik belaka, namun jauh melampaui itu.
Dukungan pada setiap acara keagamaan di sudut-sudut arteri desa dapat dipastikan berhulu dari kaum itu. Dan benar, dukungan logistik pada saat acara dan respon kehadiran yang luar biasa akan dapat dilihat oleh siapapun pada saat acara dari kalangan kaum ibu. Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) adalah ibu kandung bagi setiap anak-anak NU. Tiada yang mampu membantah keniscayaan ini.
Guyub, tenang dan militansi yang tinggi adalah karakter umum ibu-ibu Muslimat NU. Di kampung-kampung, terutama pada Jum'at lepas tengah hari dari masjid-masjid atau rumah-rumah warga jika terdengar sayup-sayup ritmis Barjanzi ataupun gema tahlil dari pengeras suara maka itu dapat dipastikan adalah aktivitas para ibu Muslimat NU. Saat kau berada di antara gedung perkotaan ataupun di luar negeri, kesan ini akan sangat engkau rindukan.
Selamat Harlah Ke-73 Muslimat NU. Doa kami dan sungkem ta'zhim dari kami anak-anakmu.
Purwokerto, 27 Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H