"Sudahlah, Kenapa harus capek-capek ikut kegiatan ini-itu sih diluar kegiatan kuliah? Emang nggak capek apa? Jurusan kuliah kamu kan terkenal banyak tugas"
Tugas mahasiswa atau seorang pelajar adalah belajar. Seakan tidak boleh ada yang menyangkal, karena memang demikian adanya. Belajar sebagai kewajiban yang paling utama pagi pelajar selebinya tergantung pribadi dari manusia yang menjalankan, mau dibuat seperti apa, apa yang mau diraih dan mau dibawa kemana kehidupan mereka. Bukan, ini bukan salah satu lirik lagu dari band kenamaan Indonesia tapi beginlah analogi yang ada dibenak saya selama ini.
Menurut saya, Kehidupan itu memiliki tingkatan atau level, dimana satu persatu level harus saya kejar untuk memaknai kehidupan. Level dimana membuat hati saya senang adalah pencapaian yang manis. Begitu juga dengan duka yang menyertai dari kegagalan atau proses untuk menuju suatu level tertentu yang ingin saya raih. Suka dan Duka adalah satu paket, tidak mungkin saya meraih suka tanpa duka yang menyertai.
Saya adalah mahasiswa yang nyambi freelance jurnalis. Beberapa bulan yang lalu saya mendapat tawaran yang menarik ini dari salah satu teman blogger yang bernama Prita. Saya memanggilnya "mbak prita" (kerudung warna biru).
Mbak Prita inilah yang berjasa menyatukan kami (mahasiswa-mahasiswa) yang punya blog dan memiliki minat untuk menjadi blogger yang lebih professional dalam sebuah wadah yang disebut komunitas blogger Jember Sueger. Kemudian, saya adalah salah satu blogger yang beruntung dan diajak untuk bekerjasama menjadi freelance jurnalis pada suatu. Project kerjasama dengan portal media lokal di kota Jember.
(dari sekian orang yang tergabung dalam blogger Jember, saya termasuk beruntung bisa belajar menjadi jurnalis)
Seperti naik satu level kehidupan, saya menjadi blogger yang lebih professional dengan bimbingan mbak prita yang notabene lebih banyak pengalaman dan jam terbang didunia blogging dan internet marketer. Sangat senang jelas dan beruntungnya semenjak itu saya mendapatkan banyak teori praktis dan gratis yang bisa saya terapkan. Termasuk dalam hal tunjangan uang saku kuliah yang saya dapatkan dari mbak prita. Maksunya mbak prita-lah yang menghubungkan kami "blogger bocah'' dengan client-client yng akan memberikan job kepada kami.
Semenjak tergabung dalam komunitas blogger itulah saya sering mendapatkan job-job sebagai blogger dan juga freelance jurnalis disalah satu portal berita lokal di kota Jember, tempat rantauan kuliah saya. Ini adalah hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya.
Mendapatkan kesempatan se-keren ini. Bisa menghadiri event-event gratis, bertemu dengan sosok insiprasi dan penting, sekaligus sarapan atau makan malam gratis dari job review sebuah menu suatu tempat makan. Mungkin ini Tidaklah spesial, tapi untuk saya sebagai anak kos rantauan ini sangatlah mengesankan. Bisa merasakan makanan yang bahkan tidak (mungkin) kantong mahasiswa merasakannya. Bersyukur jelas.
Freelance. Bekerja tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kadang tak sedikit orang lain menyebut freelance sebagai "pemelihara tuyul". Tidak terlihat bekerja, dirumah saja, tapi bisa mencukupi kebuthan hariannya. Memang yang terlihat mungkin seperti itu, tapi pada kenyataanya freelance tidak melulu mengerjakan pekerjaan diruangan saja, dilapangan juga. Menjadi freelance jurnalis misalnya.
(Freelance jurnalist juga harus berburu data dan informasi secara langsung dilapangan dengan narasumber. Capek atau pegal jika pekerjaan banyak adalah bagain dari resiko)