Lihat ke Halaman Asli

Kisah Kematian Sang Naga Terakhir

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Gubraakkk!!"

Suara pintu didobrak. Seorang lelaki berbadan tegap dengan rambutnya yang cepak memaksa masuk ruangan sempit berukuran 2 x 3 meter itu. Tanpa bertanya-tanya lagi lelaki berkaos hijau tua itu menerobos masuk dan menggeledah apa saja yang dia temui. Lemari dari triplek bekas di pojok ruangan hancur ditendangnya. Isinya berhamburan memenuhi ruangan berlantai tanah itu.

"Di mana kau simpan dokumen-dokumen itu. Tunjukkan sekarang, atau..."

"Ampun Tuan. Saya tidak tahu menahu apa yang Tuan maksudkan. Mungkin...."

"Plaaakkk!" Lelaki kurus penghuni kamar itu tak bisa mengelak ketika si lelaki misterius menampar keras pipinya. Ia hanya bisa mengaduh tertahan sambil memegangi pipi dan mengusap bibirnya yang dialiri darah segar.

"Huh. Apa-apan ini?" Batinnya dipenuhi pertanyaan yang seolah menyesak dan naik memenuhi kerongkongan. Membuat suaranya tercekat. Gurat ketakutan yang tampak di wajah keriputnya melengkapi berjuta tanda tanya yang tiba-tiba saja memenuhi dadanya.

"Kuberi kau waktu 15 menit untuk berterus terang Pak Tua, atau pistol ini yang akan bicara!" Suara keras lelaki bertato naga di lengan kiri itu makin menghunjam ke jantung si lelaki tua. Seolah tulang belulangnya dilolosi dari raganya. Lelaki tua berambut acak-acakan itu terkulai tanpa daya di pojok ruangan berdinding bata itu.

"Sungguh Tuan. Saya benar-benar tidak tahu maksud Tuan. Apa sebenarnya yang Tuan cari. Doku...meenn... apa maksudnya Tuan. MUNGKIN Tuan salah orang..."

"Diaaammmm! Aku tahu siapa kamu sebenarnya Pak Tua. Kau adalah mata-mata yang selama ini kami cari. Sudah sejauh ini rupanya si kafir Joseph Cohen(1) telah meracuni otakmu. Dengar ini, seluruh bangsa Israel akan mencincang tubuh kotormu itu kalau sampai kau tak juga mengaku. Atau kuhabiskan saja nyawamu sekarang, Hah! Dasar kelev(2) kau, pengkhianat!"

Mengaku? Apa yang harus dia akui. Lalu dokumen? Dokumen apa lagi yang dimaksud orang gila ini? Lelaki tua memejamkan mata. Kembali ia mengusap lelehan darah di bibirnya. Pikirannya melayang. Mencoba mengeja kejadian yang mengantarnya sampai ke 'gubuk' itu.

>> Sehari yang lalu, di sebuah pasar di pinggiran Gaza

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline