Penulis setuju dengan pendapat bahwa Society 5.0 adalah sebuah jawaban terhadap Industry 4.0. Seperti kita ketahui bersama, Industry 4.0 sempat memunculkan keresahan bahwa akan banyak muncul mesin-mesin dengan teknologi canggih yang akan menggantikan manusia termasuk akan menghilangkan banyak profesi saat ini.
Contohnya, tampaknya sudah lama kita tidak bertemu dengan petugas pencatat meteran listrik karena sudah mengganti dengan sistem token. Pada akhirnya sistem token akan bertransformasi menggunakan smart meter yang membuat data penggunaan listrik dapat diperoleh secara detail dan realtime.
Saat melihat gambar Society 5.0 & Industry 4.0 diatas, sepertinya kita akan sepakat bahwa cepat atau lambat akan muncul nama atau istilah baru seperti Society 6.0, Industry 5.0 atau bahkan muncul istilah baru lainnya. Hal ini terjadi karena perkembangan device dan internet terutama dalam 2 dasawarsa terakhir.
Saat ini kita berada di era informasi yang mudah diperoleh, berbeda dengan sebelumnya dimana kita perlu membaca media massa, mencari buku di Gramedia atau Gunung Agung atau membaca buku di perpustakaan.
Namun di balik semakin mudahnya kita memperoleh informasi, terdapat bahaya yang mengintai diri kita yaitu "adiksi internet". Menurut Profesor DR KH Jalaluddin Rakhmat MSc dalam bukunya berjudul Psikologi Komunikasi, kita mengalami yang dinamakan kecanduan connectivity (keterhubungan), kita masuk ke budaya instant digital gratification (kepuasan digital instan). Manusia merasa harus tahu tentang apa pun yang terjadi di tempat lain, seremeh apa pun itu. Pergi keluar rumah tanpa membawa smartphone dapat membuat kita gelisah.
Pada artikel berjudul Internet Addiction Disorder, Christina Gregory, PhD mengungkapkan terdapat tanda dan gejala gangguan kecanduan internet yang dapat muncul dalam manifestasi emosional dan fisik. Beberapa gejala emosional gangguan kecanduan Internet yang mungkin termasuk seperti :
Depresi, ketidakjujuran, perasaan bersalah,gelisah, perasaan euforia saat menggunakan komputer, tidak mampu membuat prioritas atau menjaga jadwal, mengisolasi diri, menghindari pekerjaan, mood swings, ketakutan, merasa kesepian, menunda-nunda.
Sedangkan untuk gejala fisik gangguan kecanduan internet yang mungkin termasuk seperti:
Sakit punggung, sakit kepala, insomnia, kebersihan pribadi yang buruk (misalnya tidak mandi agar tetap online), sakit leher, mata kering dan masalah penglihatan lainnya, gizi buruk dan penambahan atau penurunan berat badan (makan berlebihan atau tidak makan agar tidak jauh dari komputer)
Profesor DR KH Jalaluddin Rakhmat MSc masih dalam buku beliau mengutip Ivan Goldberg dan Kimberly Young yang menemukan kesamaan antara adiksi berjudi dan adiksi napza dengan orang yang diduga mengalami adiksi internet. Kesamaan tersebut diantaranya adalah Loss of Control atau kelakuan yang berulang-ulang dengan tidak memperdulikan akibat-akibatnya.