Upaya menasihati menuju ke ajaran islam yang benar terkadang menerima penolakan dari oknum yang dinasihati. Mereka berdalih ini dan itu untuk melegitimasi kesesatannya. Bid'ah bisa menjadi sunnah dan haram bisa menjadi halal bagi mereka yang menolak kebenaran. Mungkin saja sebenarnya bukan orang yang dinasihati yang bebal, tetapi orang yang menasihati keliru dalam ajakannya.
Seorang ustad menasihati saya dalam memberikan nasihat untuk orang lain.
Tiga hal pertama yang harus dicamkan sebelum menasihati orang lain adalah berilmu sebelumnya, lemah lembut didalamnya, dan sabar setelahnya.
Kalau masih labil lebih baik jangan banyak menasihati, cukup tunjukkan dalam perbuatan saja bagaimana menjadi seorang muslim yang baik, secara seutuhnya, bagaimana sholatnya, bagaimana amalnya, bagimana akhlaknya, dan lainnya, termasuk juga akhlak kepada orang tua.
Kalau sudah berilmu dan mengetahui dalil, sedikit-sedikit berikan penjelasan secara perlahan. Anggaplah orang yang anda nasihati adalah orang yang masih jahil yang butuh hidayah, jangan emosi, dan catatlah yang penting sudah menyampaikan sedangkan hati itu di tangan Allah bukan di tangan manusia.
Jangan marah-marah jika berniat menyadarkan orang lain. Lakukan nasihat dengan lemah lembut serta pandanglah orang yang dinasihati kasihan. Kasihan kalau sesat, kasihan kalau bodoh. Pahala dakwah sudah kita dapat, soal sadar atau tidaknya itu urusan Allah.
Nabi nuh tidak pernah menyesali umur 950 tahun hanya mendapat pengikut 80 orang saja..., yang penting dakwah.
Kalau prinsip di atas dipegang insyaallah ngomong dengan siapapun jadinya enak.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H