Lihat ke Halaman Asli

Cerita Pendek yang Usang Tentang Cinta

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rexgrip-ku menari diatas lembar-lembar folio di atas meja belajar, tanganku enggan berhenti. Aku menulis, dan biasanya aku menyadari tak ada perencanaan di dalamnya. Namun kali ini aku membuat kerangka karangan terlebih dahulu, berbeda dengan kebiasaanku sebelumnya.


Aku memulai pendahuluan pengenalan tokoh utama, seorang karakter yang sebelumnya telah aku siapkan, seorang remaja yang tidak seperti kebanyakan. Valentino, ya namanya Valentino! Eh, bagaimana bila Juan, rasanya Juan lebih memperlihatkan karakter yang romantis daripada Valentino. Karena cerita yang aku buat bertema cinta, ya cinta! Apalagi tema yang digemari oleh orang-orang kebanyakan selain genre drama-romantis?


Aku tidak memfokuskan cerita pada detil latar dan situasi, biarkanlah pembaca bermain dengan imajinasinya sendiri, membiarkan mereka membangun sendiri realitas atas apa yang mereka baca. Seperti ketika seorang aktor membaca naskah drama. Aku lebih menitik-beratkan kompleksitas pada dialog antar tokoh. Aku sangat bersemangat membuat cerita ini, aku memberi napas pada semua karakter, aku memberi konflik pada setiap adegan, aku menanti bagaimana aku akan mengakhiri cerita ini.


Tiba-tiba suara bel rumah berdentang, siapa yang bertamu malam-malam begini? Apakah Mama kembali dari airport karena departure pesawat di-delay? Aku bergegas bangkit, beranjak menuju pintu utama dan membukanya. Namun tak seorangpun kutemui, aku melongok memperhatikan halaman dan gerbang, nihil, tak ada seorangpun! Lagipula memang seharusnya tak ada seorangpun, ini jam 11 malam, hanya tamu yang tidak tahu diri bertandang ke rumah orang jam segini. Mungkin hanya khayalanku saja, aku mencoba berpikir positif.


Aku segera menuju meja komputer kembali, meneruskan ceritaku pada lembar folio. Aku ingin membuat cerita kasarnya terlebih dahulu, bila telah selesai aku akan mengeditnya di komputer. Tidak seperti biasanya, aku selalu mengarang langsung di komputer dengan metode automatic-writing. Tetapi untuk cerita kali ini entah aku menginginkan sebuah cerita yang sempurna dan benar-benar matang.


Aku ingin bercerita tentang cinta, juga tentang aksioma, dimana manusia tak dapat melawan takdir, khususnya sang tokoh utama, Juan Lee Black. Sebuah perjuangan demi cinta yang seharusnya tidak perlu lagi dipertahankan. Tokoh kedua adalah Dewi, Dewi Sekarsari! Yup, itu nama yang bagus pikirku. Seorang gadis kampung yang sangat lugu, tetapi terpengaruh pergaulan sekolah.


Juan adalah lelaki yang begitu cerdas, ya… tokoh ini haruslah orang yang cerdas. Ia membenci kekolotan guru-guru dalam memandang murid-murid SMA HARAPAN, karena mereka menyamaratakan pribadi murid tanpa melihat keunikan dan bakat. Ia juga menghindari pergaulan, karena ia tidak menyukai teman-temannya yang terdikte trend dari media massa. Juan adalah lelaki yang mengelukan orisinalitas sebuah individu. Karena itu ia selalu menghabiskan waktunya seorang diri, bukan terpaksa tetapi itu kemauannya.


Sedang Dewi adalah wanita yang pemalu, tetapi pengaruh teman-temannya di gank mengarahkan ia menjadi wanita yang ekstrovert, aktif dan supel. Gank ini tidak terlalu bermanfaat, karena isinya adalah hura-hura. Obrolannya hanya seputar cowo ganteng nan kaya raya dan seks… tentu saja kedua hal itu yang hanya menjadi perhatian mereka. Dalam smartphone mereka dapat ditemukan beberapa potongan blue-film yang coba disembunyikan. Dan cowok yang selalu menjadi bahan omongan mereka tentu saja Juan, mereka membayangkan bagaimana rasanya make-love dengan cowok tampan itu.


Aku sudah sampai setengah jalan cerita, tidak terasa sudah tengah malam. Aku mengevaluasi kembali, lalu mengernyit. Dari awal aku hanya berkutat tentang latar kedua tokoh, ini terlalu konvensional! Aku segera menghapus beberapa scene yang tidak terlalu penting untuk jalan cerita. Aku harus mengembangkan cerita ini agar lebih romantis, sesuai dengan konsep awalku.


Tidak! Aku bosan dengan cerita cinta, aku menginginkan sebuah cerita yang lebih dari sekedar romantisme. Aku adalah tuhan disini, aku bebas mencipta untuk ceritaku. Aku memiliki kuasa yang tidak aku dapati diluar sana, aku adalah tuhan untuk karyaku!


Juan jalan bersama Dewi, sudah cukup lama. Tetapi sesuai keinginan Dewi, semakin lama mereka lebih condong ke hubungan badan. Setiap kali bertemu, Dewi mengajak kerumahnya yang selalu sepi, disana mereka saling memagut, menanggalkan pakaian, Dewi menghisap penis Juan dan begitu sebaliknya. Semakin lama mereka kian liar dan lepas kendali. Mereka dikuasai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline