Agama telah menjadi pengikat bangsa kita. Mulai dari Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Pengikatnya adalah sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita hidup berbeda agama tapi saling berdampingan di negara ini, Indonesia.
Akan tetapi, teman kita yang beragama Islam sedang mendapatkan masalah. Tanggal 22 Oktober 2018 terjadi pembakaran bendera berhuruf arab oleh oknum Banser. Pembakaran ini menimbulkan reaksi yang hebat dari umat muslim di Indonesia. Teman saya yang muslim berkata bahwa apa yang mereka lakukan menghina agama Islam, karena tulisan arab yang ada di bendera tersebut adalah tauhid, identitas dari umat Islam.
Lalu saya berpikir, wajar saja mereka marah. Saya membayangkan, apabila salib saya dibalik, saya pun marah. Gereja dibakar, saya pun marah. Bong pay kami jadi tempat mesum, saya pun marah. Belum lagi, umat dari agama lain seperti Khatolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Ada yang merusak dan melecehkan identitas agama, mereka pun akan marah. Sehingga saya pun mengerti maksud dari amarah orang-orang muslim.
Agama saya selalu mengajarkan cinta, kasih, dan kedamaian. Oknum yang membakar bendera umat Islam harus ditangkap dan mendapatkan hukuman yang sepadan. Akan tetapi, sebelum ketok palu hakim terlaksana, ada baiknya oknum yang membakar bendera tauhid meminta maaf kepada seluruh umat Islam. Setidaknya dengan meminta maaf, teman-teman kita yang muslim bisa sedikit lebih tenang. Sehingga kedamaian dan cinta kasih dapat terus terpelihara di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H