Lihat ke Halaman Asli

Mengupas Elektabilitas Pemimpin Jakarta

Diperbarui: 20 Januari 2017   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: obrolanpolitikindonesia.com

Ada suatu kata sakti yang menjadi bahan rebutan oleh setiap calon pemimpin yang bertarung pada pemilu, kata sakti itu adalah elektabilitas. Sebenarnya apasih pentingnya kata itu sehingga terasa begitu mewah bila tersemat di belakang nama calon pemimpin. Mari kita kupas, sebenarnya kata itu ingin menjelaskan apa. Dalam ensiklopedi bahasa politik popular, elektabilitas dapat diartikan sebagai kemungkinan keterpilihan sebuah barang. 

Jika kita konversi dalam bahasa politik, maka elektabilitas itu dapat diartikan sebagai ukuran seberapa tinggi suatu calon pemimpin atau partai politik terpilih di dalam pemilu. Elektabilitas itu juga dapat digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh masyarakat (pemilih) menerima suatu calon pemimpin. Sampai sini, sudah bisa melihat alasan mengapa kata itu begitu diidamkan oleh pasangan calon pemimpin? Jika belum kita mari kita perjernih penjelasannya.

Elektabilitas itu bukan sekedar ukuran statistik belaka, lebih dari itu dia adalah harapan dari para konstituen agar pemimpin yang terpilih dalam pemilu  sesuai dengan  kriteria yang dia inginkan. Tentu kita sering lihat di media televisi atau cetak, suatu calon elektabilitasnya lebih tinggi dari calon yang lain. Sebenarnya apasih inti dari pesan tersebut? Secara harfiah jelas itu menyampaikan bahwa ada calon yang lebih unggul. 

Tapi lebih dari itu pasangan calon yang elektabilitasnya adalah tumpuan harapan masyarakat, masyarakat ingin dipimpin oleh calon tersebut. Elektabilitas tinggi sama artinya dengan begitu banyak masyarakat yang berharap pada dirinya. Elektabilitas itu mewakili harapan masyarakat. Dalam demokrasi dengan sistem pemilu ini jelas hal itu penting adanya, pemimpin itu dipilih oleh masyarakat dan harus mewakili aspirasi masyarakat. Elektabilitas adalah wajib dimiliki oleh setiap pemimpin.

Mari terapkan penjelasan elektabilitas itu untuk membaca situasi politik Jakarta. Untuk bertarung dalam pemilu Jakarta dengan masyarakat yang begitu plural jelas elektabilitas adalah barang penting agar dimiliki setiap pasangan calon. Elektabilitas itu akan mewakili harapan masyarakan Jakarta. Siapa pemimpin yang memegang elektabilitas itu? Jawabannya adalah Calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat. Dia adalah calon yang mewakili harapan masyarakat dari berbagai spectrum. 

Masyarakat Jakarta adalah masyarakat cerdas. Kita tentu tahu pilkada Jakarta sungguh riuh, ditambah kasus persidangan Basuki (Ahok) yang sedang bergulir. Tapi hal itu tidak dapat mengelabui masyarakat, masyarakat melihat bagaimana kepentingan politik bermain dalam persidangan itu. Bagaimana tidak, banyak keganjilan yang terkesan lucu dalam setiap kali persidangan, terutama hadir dari kesaksian para saksi yang hadir. Akal masyarakat Jakarta masih sehat, meski di tengah keriuhan politik. Elektabilitas pemimpin di Jakarta tidak semata turun dari langit atau timbul dari ucapan retorik, tapi mesti ditempa dalam ujian yang panjang. Integritas dan jaminan mutu adalah prasyarat yang harus dimiliki. Syarat itu hanya dimiliki oleh Basuki- Djarot, mereka telah teruji dan berhasil mengubah Jakarta menjadi lebih baik. Jadi tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan kebaikan itu.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline