Kartu Jakarta Pintar (KJP) merupakan program bantuan yang diberikan oleh pemerintah Jakarta kepada siwa yang kurang mampu. Program ini memiliki kesamaan dengan program Kartu Indonesia Pintar (KIP). Kedua program ini diberlakukan saat Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan kemudian menjadi Presiden Indonesia. Program KJP kemudian diteruskan penerapannya pada masa kepemimpinan Ahok-Djarot.
Program KJP dan KIP yang telah ada kini digadang-gadang akan disempurnakan dalam Program KJP Plus oleh pasangan Anies-Sandi. Anies mengklaim jika program ini nantinya akan lebih menguntungkan karena mengabungkan KJP dan KIP. Menurutnya pemberian bantuan pendidikan adalah invenstasi besar untuk membangun generasi muda. Menurut pengamat politik dari LIPI Syamsuddin Haris, program-program yang ditawarkan oleh Anies-Sandi sejalan dengan proker milik petahana.
Berbeda dengan Anies-Sandy yang menganggap pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Pasangan Agus-Silvi lebih fokus kepada pemberian dana tunai kepada rakyat miskin, atau yang dikenal dengan BLT. Agus menjanjikan akan memberikan dana BLT sebesar Rp 400.000 kepada tiap-tiap keluarga miskin di Jakarta. Program ini tentunya mengingatkan kita pada program bantuan yang diterapkan oleh SBY ayah Agus Yudhoyono, pada masa pemerintahannya.
Dari pemaparan tersebut terlihat sekali jika Agus masih sangat hijau dalam merancang program kerja sebagai Cagub. Kebijakan-kebijakan yang diterapkan mengarah pada kebijakan yang pernah diterapkan oleh Poros Cikeas saat berkuasa dulu. Padahal status Agus sebagai Cagub termuda di kontes ini Agus diharapkan dapat memberikan proker-proker yang lebih fresh demi kemajuan Jakarta, akan tetapi Agus justru gagal menghadirkan pembaharuan.
Sebagai seorang mantan prajurit harusnya Agus memiiki sifat ksatria dan melindungi rakyat. Akan tetapi dengan pilihannya untuk menjadikan BLT sebagai salah satu program andalannya, sangat terlihat karakter Agus yang ingin mendapat suara dengan jalan singkat menyogok BLT kepada rakyat menengah kebawah Jakarta.
Berbeda dengan Agus yang memberikan uang bantuan dengan Cuma-Cuma. Pasangan petahana Ahok-Djarot lebih menawarkan pembangunan Ekonomi menengah-kebawah. Pembangunan tersebut diwujudkan dengan penyediaan hunian layak, infrastruktur, ketahanan pangan, dan penyediaan transportasi. Ahok-Djarot juga mencanangkan program pemberian kredit lunak, pelatihan kerja, serta penyediaan tempat berdagang yang strategis untuk UMKM. Dengan hal tersebut diharapkan rakyat menengah kebawah di Jakarta dapat memiliki bekal yang cukup untuk membangun usaha yang lebih mandiri dan tidak tergantung pada bantuan uang yang digelontorkan oleh pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H