Lihat ke Halaman Asli

Dion Arisa

Indonesia

Manusia Kosong

Diperbarui: 10 Oktober 2020   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku tidak mempunyai esensi. Diriku kopong melompong. Tidak ada ide, nilai, tujuan, target, dan harapan. Aku tidak bisa membuat apa-apa selain mengosongkan diriku yang memang kosong. Pikiranku tidak jernih dan fokus. Aku tenggelam dalam lautan yang penuh relativisme nilai. Aku tidak punya kuasa atas diriku. Hanya hasrat yang dapat menggendalikan diriku yang nihil ini. Aku tidak bisa melihat apa yang ada dibalik sesuatu, ya karena memang tidak ada apapun dibalik sesuatu. Aku tersesat. Tidak bisa menentukan arah angin. Tidak bisa berjalan. Diriku dipenuhi ketidakpastian dan tidak ada petunjuk. Hanya beberapa hal yang bisa kujelajahi dengan instrumen diriku, seperti melihat cahaya dari lampu belajar, angin dari kipas angin, rasa makanan junk food, suara kendaraan yang berlalu lalang, dan suara pulpen di atas kertas putih bergaris-garis beserta ketikan di laptop ini. Aku sendiri tidak bisa melihat, merasa, dan mendengar tentang diriku. Apa yang menjadikan aku sebagai diriku? Banyak distraksi yang mengangguku untuk berproses menjadi. Bermimpi, berhalusinasi, dan berimajinasi menjadi wadahku dalam mengubah masa laluku yang pelik. Apakah aku menyesal dengan diriku yang nihil ini? Tidak, aku tidak menyesal. Aku justru bangga menyadari bahwa segala sesuatunya itu nihil. Turut berduka untuk mereka yang menghindari dan tidak merasakan kebenaran yang menggelisahkan itu. Masih banyak yang belum menyadari hal tersebut. Namun pada suatu hari nanti, ketika sesuatu yang mereka lakukan menjadi ironi, mereka pasti cepat atau lambat akan sadar dengan kenihilan segalanya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline