Lihat ke Halaman Asli

[Fabel] Sayap si Kirkok

Diperbarui: 7 November 2015   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

no 4 Hts. S.

 

Kirkok baru mendarat di pelataran sarangnya. Kedua anaknya Kirka dan Kirky menyambut dengan mengepak-ngepakkan sayap kecilnya. Si kecil Kirky minta digendong. Kirka melapor baru selesai main dengan teman-temannya. Kukunya ada luka sedikit. 

Perlahan mentari sore surut di balik rerimbun pohon, cahaya emasnya yang tadi menyusup dari sela antara reranting pohon kini sudah hilang. Udara mulai terasa dingin. Angin kemarau masih berhembus pada bulan November.

Waktu istirahat bagi sebagian besar penghuni hutan. Mereka diam di sarang masing-masing, di atas pohon, di semak belukar, dan di dalam tanah. Hanya binatang-binatang malam yang mulai bekerja, takdir mereka seperti itu, bekerja malam hari seperti pencuri, tapi ada juga yang menjadi penghibur dan penjaga agar tak kecurian. Para penghibur itu hanya bekerja di malam hari, beberapa dari mereka memang sudah berhasil melebarkan sayap hingga bisa bekerja di siang hari dalam kegelapan.

Keluarga Kirkok pun sudah beristirahat, anak-anaknya sudah tidur setelah tadi mendengar cerita masa kecil Kirkok. Kirka beberapa hari ini selalu minta diceritakan masa kecil bapaknya, adiknya Kirky ikut-ikut mendengar seolah sudah mengerti juga.

Kirkok memperhatikan keluarganya yang sudah tertidur. Diamatinya sarangnya yang mulai tua, di sana-sini sebenarnya perlu perbaikan. Tapi masih bisa melindungi mereka dari hujan dan panas. Tidak tahu kalau nanti sudah musim hujan, apakah sarang ini bocor. Kirkok belum bisa merenovasi.

Kirkok sebenarnya ingin terbang tinggi, menjelajah lebih luas. Membawa keluarganya pergi dari pohon ke pohon, melihat luasnya alam. Sayang, sayapnya belum kuat. Tak sekuat sayap teman-teman sebayanya, sepermainannya. Mereka sudah terbang jauh, tinggi. Kirkok masih disini.

Kirkok tak leluasa merawat sayapnya supaya kuat. Dia masih harus merelakan bulu-bulunya untuk menghangatkan saudara-saudara kecilnya yang belajar terbang juga. Berbagi makanan dengan mereka. Kirkok menikmati melihat saudara kecilnya terbang, terbang lebih tinggi, lebih jauh. Kirkok terkadang harus marah, agar saudara-saudara kecilnya terbang, jangan diam di sarangnya. “Terbanglah. Ayo kita terbang bersama” Kirkok selalu menyemangati saudara-saudara kecilnya.

Terbanglah saudaraku….terbang….terbang…..

---

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline