Lihat ke Halaman Asli

4 Dosen Keren di Kompasiana

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Konon ceritanya beberapa waktu lalu, di Kompasiana itu banyak sampah. Karenanya telah pergilah dari Kompasiana beberapa Kompasianer yang katanya bermutu, berkualitas baik. Sangat disayangkan tentunya. Memang rasanya sih, ada beberapa Kompasianer yang artikelnya jarang saya lewatkan (kalau pas online saya), sudah tidak pernah kelihatan, atau kelihatan hanya sekali-sekali saja. Belum tahu alasan pastinya, apakah mereka pindah ke lain "kompasiana", atau ada kesibukan yang menyita waktunya sehingga tak muncul disini. Yang pasti saya merindukan kehadirannya, katakanlah Herry Fk, Arke, Sutomo Paguci, Mama Ketol (benar ga ya saya nyebutnya), Revo Sanjaya, Tante Paku, dan lain-lain, dan lain-lain. Semoga mereka sedang sibuk dengan hal-hal yang baik, dan kapan-kapan akan datang kemari lagi.

Dengan tidak hadirnya mereka yang saya sebutkan di atas, perhatianku kini lebih banyak ke 4 dosen yang menurutku keren di Kompasiana ini. Mereka sih tidak pernah mengaku langsung sebagai dosen. Tapi marilah kuanggap saja mereka dosen. Berikut daftarnya:

1. Giri Lukmato eh Giri Lumakto

Sering salah eja nama beliau ini. Kalau tidak salah ingat pernah beliau menulis bahwa beliau mengajar Bahasa Inggris untuk calon-calon guru.

Walaupun mata kuliahnya Bahasa Inggris, minatnya kepada teknologi informasi juga besar. Banyak ulasannya tentang fitur-fitur gadget dan peralatan komputer lainnya. Di samping itu beliau juga menulis cerpen, yang ditayangkan setiap hari Kamis malam Jumat, bergenre horor. HL sudah menjadi langganannya.

2. Nararya

Dulu-dulunya hanya menulis sekali-sekali, sampai suatu hari beliau menurunkan tulisan yang berisi tips agar tulisan HL sepanjang masa. Sudah agak lupa saya tips itu, tetapi kalau tidak salah cukup menulis sekali HL dan jangan menulis lagi, dan tulisannya menjadi HL sepanjang masa. Begitu!

Setelah tulisan itu, beliau kemudian hampir tiap hari menurunkan tulisan berbau filsafat dan politik sekali-sekali. Konon banyak yang protes karena tulisan yang dimuat di Kompasiana itu dipenuhi istilah-istilah ilmiah yang membuat pembaca tidak bisa santai membacanya. Kalau tidak salah dosen Nararya menyebutnya "technicus terminus" kira-kira seperti itu. Walau saya pusing juga membaca tulisan dosen yang satu ini, tapi ya tetap saya baca juga. Kurasa-rasa walau tak mengerti utuh, ada juga yang mengendap di kepala, dan saat-saat tertentu berguna pula untuk memahami sesuatu.

3.  Felix

Saya pernah membaca buku marketing berjudul "gathuk". Katanya "gathuk" berarti "kebetulan". Cerita buku itu tentang orang-orang yang telah sukses memanfaatkan "gathuk" dalam kehidupannya sehari-hari. Buku itu karya seorang sahabat bernama Putu, yang mengelola sebuah lembaga training bernama AccesOne.

Nah, entah ini namanya "gathuk" atau bukan. Saya sedang mencari-cari buku Metodologi Penelitian Kualitatif, tapi belum ketemu sampai sekarang. Ada dari dosen, tapi buku tersebut tidak ada di toko buku, mungkin harus beli ke Yogjakarta, tempat penerbit buku tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline