Lihat ke Halaman Asli

Mitos "Homang", Penjaga Alam

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di kota-kota besar tentu sudah jarang ada mitos, apalagi tentang keberadaan alam. Mitos-mitos hanya dihidupkan dalam film-film horor berbau seks, berupa hantu-hantu di daerah-daerah tertentu seperti jembatan, terowongan dan rumah kosong.

Beda dengan di kampungku, dulu. Banyak mitos yang hidup di tengah masyarakat terkait dengan alam sekitar. Ada tempat-tempat tertentu yang dianggap angker. Ada penunggunya, tak boleh macam-macam disana. Bahkan orang tak berani masuk kesana. Ada sebuah celah tebing bernama parhomangan di kampungku. Konon disana bermukim para homang yaitu sejenis makhluk besar yang bisa menculik orang. Tak ada orang berani masuk. Sehingga celah tebing tersebut selalu rimbun, dan mata air yang mengalir dari sana selalu jernih, menjadi sumber mata air penduduk kampung.

Tapi kemajuan informasi dan pendidikan mengatakan jangan percaya mitos. Orang-orang semakin berani. Sudah masuk ke celah tebing tersebut, memang tak ada homang. Tak ada yang menakutkan disana. Mulailah semak-semak dan pohon-pohon terganggu. Mata air pun terganggu.

Dulu kepada pohon-pohon besar juga orang menaruh rasa "hormat". Sehingga pohon-pohon tersebut tak ada yang menebang. Karena konon ada penghuninya. Itu dulu. Sekarang tidak, pohon besar sungguh tak "dihormati". Ditebang saja!

Akhirnya, homang yang ditakuti akan menculik orang itu, kini menjelma dalam wujud air yang melimpah menerjang apa saja yang dilewatinya. Di tempat lain homang itu menculik air, sehingga timbul kekeringan yang menyiksa.

Semakin maju, semakin rusak. Haruskah kita berhenti maju?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline