Kok bisa? Kan, Pelatihan Mandiri PMM bisa menjadi sumber belajar pengembangan kompetensi guru? Apa karena terlalu sulit bagi guru? Oh mungkin maksudnya untuk memberikan kemudahan kepada guru dalam pengelolaan kinerja di PMM? Memangnya kalau guru sudah dimudahkan terus harapannya apa? Guru mau terus belajar melalui PMM? Begitu? Entahlah.
Satu hal yang sudah pasti adalah guru memiliki kemerdekaan menentukan sumber belajar selain PMM. Hal ini tertuang jelas dalam uraian di laman pusat informasi guru kemdikbud. Pada laman tentang Pengelolaan Kinerja, menyebutkan bahwa sertifikat sebagai bukti dukung dapat diperoleh dari PMM atau yang lainnya. Dari kalimat tersebut artinya bahwa PMM bukanlah sumber belajar satu-satunya bagi guru.
Apa sih Pelatihan Mandiri PMM itu?
Pelatihan Mandiri merupakan salah satu fitur di PMM yang bisa digunakan oleh guru untuk mengikuti pelatihan secara mandiri dan terstruktur. Guru dapat memanfaatkannya untuk pengembangan kompetensi. Bukan saja nantinya berdampak pada diri sendiri, melainkan pada kualitas pembelajaran murid di kelas.
Struktur fitur Pelatihan Mandiri PMM ini terdiri dari materi, baik berupa video, infografis atau materi. Selain materi untuk dipelajari dalam fitur ini juga terdapat bagian Latihan Pemahaman. Latihan Pemahaman digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar guru. Bagian lainnya adalah refleksi hasil belajar. Bagian ini merupakan wadah bagi guru untuk mengelaborasi materi yang dipelajari dengan proses pembelajaran sehari-hari.
Pada bagian selanjutnya adalah adanya post test yang bertujuan untuk mengukur pemahaman guru terhadap keseluruhan modul dalam satu topik yang dipelajari. Sebagai informasi bahwa satu topik belajar dalam Pelatihan Mandiri memiliki satu atau lebih modul. Bagian terakhir adalah Aksi Nyata. Bagian ini sampai saat ini bisa dikatakan menjadi momok tersendiri bagi guru. Masih banyak guru yang enggan menyelesaikan Aksi Nyata topik belajar Pelatihan Mandiri.
Berbagai alasan dan latar belakang pun muncul dari beberapa guru yang terkendala melakukan Aksi Nyata untuk mendapatkan sertifikat. Salah satunya adalah keengganan untuk menuntaskan proses belajar. Alasan lainnya adalah proses pelaksanaan Aksi Nyata yang menurut sebagian guru terlalu rumit. Hal ini diperparah dengan pengalaman pahit guru terkait Aksi Nyata yang tak kunjung ditelaah oleh Tim PMM. Belum lagi Aksi Nyata yang harus diperbaiki tanpa catatan perbaikan yang jelas dari PMM. Catatan perbaikan sifatnya umum saja. Catatan yang bahkan guru sendiri tidak memahami bagian mana yang harus diperbaiki.
Diakui atau tidak, beberapa hal yang muncul di lapangan tersebut, membuat guru enggan untuk melakukan Aksi Nyata. Bahkan beberapa guru sudah pasrah terhadap nasib Aksi Nyata yang telah diunggahnya. Hal tersebut di atas sudah selayaknya menjadi pertimbangan bagi Tim Pengembang PMM. Tujuannya agar guru tidak merasa direpotkan dalam melakukan Aksi Nyata.
Bagaimana Tim PMM Sebaiknya Menyikapinya?