Kota Malang merupakan kota terbesar kedua setelah Surabaya yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Berada di dataran tinggi yang sejuk, terletak kira-kira 90 km sebelah selatan Kota Surabaya, dan wilayahnya dikelilingi oleh Kabupaten Malang. Malang sendiri terkenal dengan julukan kota pelajar, Paris Van Java, kota wisata, dan kota peristirahatan. Banyak kota-kota di Indonesia yang tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi kolonial Hindia Belanda. Kota Malang adalah salah satu dari banyak kota itu. Memiliki fasilitas umum yang sengaja dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga Belanda saat itu, termasuk sarana untuk beritsirahat dan rekreasi. Ijen Boullevard dan kawasan sekitar misalnya, sengaja diperuntukan sebagai kawasan elit bagi penguasa kolonial dan keluarganya. Sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan itu kini menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi hanya sekedar untuk dijadikan objek wisata oleh keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana. Tak salah jika Kota Malang mendapat julukan kota pendidikan. Selain banyak perguruan tinggi, kota ini juga menjadi kota yang memiliki kelas khusus anak-anak jenius. Namanya adalah kelas akselerasi (percepatan). Jumlahnya terbanyak di Indonesia, yakni baru-baru ini saja tercatat sudah ada 10 sekolah yang menyelenggarakan kelas khusus ini. Di antaranya, SMPN 1, SMPN 3, SMPN 5, MTsN 1, SMAN 1 SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, MAN 1, dan MAN 3. Dan masih banyak lagi kegiatan dan prestasi Kota Malang dalam hal pendidikan karena memang atmosfer masyarakat dan alamnya yang mendukung serta amat kondusif untuk itu. Kurang lebih 2 minggu saya berada di Malang untuk suatu kegiatan up grading kemampuan mengajar, terutama bahasa Inggris saya. Tepatnya selama seminggu saya tinggal fulltime di Malang dan seminggu lainnya saya mesti pergi-pulang dengan angkutan bus umum dari Surabaya-Malang. Capek memang, melakukannya saat usia saya tidak bisa lagi dibilang muda seperti dulu. Dan yang tak kalah harunya adalah saat harus berpisah dengan keluarga untuk sementara waktu. Tapi demi tugas dari lembaga saya dan ditambah keinginan kuat untuk memajukan diri, maka saya kuatkan mental dan fisik saya untuk misi ini. Pokoknya maju terus pantang mundur, dan tetap terus semangat, tekad saya dalam hati. Senang juga sih, karena akhirnya saya jadi punya banyak waktu luang untuk lebih mengenal lebih jauh Kota Malang. Paling tidak saya bisa menikmati udara paginya yang sejuk atau asri dan mempesonanya sudut-sudut kota Malang. Memang saya belum pernah tinggal untuk waktu yang lama seperti ini. Paling hanya menginap semalam. Itupun saya tidak bisa kemana-mana karena terbentur oleh jadwal kegiatan yang padat. Sebagai kota pendidikan dan wisata, Malang tampaknya juga mulai menggeliat dalam sektor ekonominya. Masyarakat aslinya pun tampaknya mulai menyadari dan menyambutnya dengan baik. Ini terlihat dalam hal penyediaan berbagai macam keperluan seperti penginapan ataupun untuk urusan memenuhi kebutuhan perut. Berbagai macam penyedia jasa makanan pun bermunculan. Tak kurang mulai dari resto mewah, coffeshop, depot, hingga sekedar warung kopi pun bermunculan, seperti jamur yang tumbuh dimusim hujan. Yang menarik adalah hampir sebagian besar pemilik warung makan itu menerapkan harga yang seragam yaitu 5 ribu rupiah untuk semua menu. Harga yang cukup mahal untuk depot sekelas warung sederhana karena di Surabaya saja masih bisa ditemukan nasi pecel seharga 3 ribu rupiah. Bisa jadi para penjual makanan itu menetapkan harga khusus untuk para pendatang seperti turis lokal dan pelajar seperti saya yang berasal dari luar Malang. Hal lain yang saya suka adalah hampir sebagian besar coffeshop dan beberapa kedai kopi kecil lainnya telah menyediakan akses internet untuk menarik sekaligus memanjakan pelanggannya. Harganya pun dikemas mulai dengan paket hemat 5 ribu-an dan seterusnya. Untuk paket 5 ribu-an yang pernah saya coba adalah berisi secangkir kopi susu dan sebuah kue donat plus akses internet sepuasnya. Benar-benar sebuah ide kreatif yang cemerlang, di tengah kuatnya arus persaingan usaha dagang dan telekomunikasi saat ini, pikir saya dalam hati. Sayapun lantas dengan senang hati memanfaatkannya baik untuk keperluan tugas maupun sekedar nge-blog. Begitu pula halnya dengan teman pelajar-pelajar yang berasal dari luar Malang yang jelas sangat memerlukannya. Bagaimanapun juga kota Malang menyimpan banyak kenangan dan punya tempat indah di hati saya. Dan mudah-mudahan Kota Malang bisa mempertahankan citranya sebagai kota pelajar dan kota wisata yang asri dan eksotis. Saya berharap biarlah begitu adanya sampai kapanpun sebagai penyeimbang dari Kota Surabaya, kota saya sendiri yang makin hari makin panas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H