Saya ingin berbagi pengalaman tentang serangan batu ginjal yang datang tiba-tiba. Dua minggu lalu, saat saya mengajar di kelas, tiba-tiba pinggang kiri saya terasa nyeri. Awalnya tidak saya pedulikan.
Namun, karena sakitnya kian bertambah, saya putuskan meninggalkan kelas untuk sekedar istirahat di ruang tamu sambil minum air hangat. Mungkin saya masuk angin, meskipun saya yakin sudah sarapan sebelum berangkat kerja.
Sayangnya, kondisi saya semakin parah. Nyeri pinggang semakin menjadi-jadi seperti ditusuk pisau berkali-kali dan saya tak kuasa berdiri. Saya pun rebahan dan dikompres air hangat sembari dipijat.
Usaha tersebut tidak membuahkan hasil. Kawan saya membelikan nasi dan menyuapi saya, siapa tahu saya kena maag. Karena sakitnya tidak reda dan saya terus meraung kesakitan selama sekitar 2 jam, akhirnya tidak ada pilihan lain, saya harus dibawa ke UGD.
Perjalanan menuju rumah sakit adalah perjalanan yang terasa sangat lama dan menyakitkan. Kondisi tubuh saya penuh keringat disertai demam. AC pun dimatikan agar saya tidak menggigil.
Sesampai di UGD, perawat sudah menyiapkan kursi roda. Namun, saya tidak mampu duduk di kursi itu karena tak kuasa menahan sakit. Akhirnya, dipan pasien didekatkan ke mobil dan saya dipindahkan ke ranjang itu, lalu didorong menuju ruang pemeriksaan.
Saya hanya terkapar kesakitan sambil dicek detak jantung, tekanan darah, dan gula darah. Tak lama kemudian, dokter menyuntikkan obat di lengan saya sebagai tindakan awal.
Alhamdulillah, sekitar 5 menit, obat sudah bereaksi dan rasa sakit pinggang saya mereda. Saya bisa bernafas lega sambil menunggu hasil diagnosa dokter.
Tak lama kemudian, dokter menghampiri saya dan menyampaikan bahwa saya kemungkinan memiliki batu ginjal. Batu ginjal yang bergerak menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa sakit yang sangat. Dokter hanya memberikan obat anti nyeri dan harus segera konsultasi ke dokter penyakit dalam untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Karena khawatir rasa sakit timbul lagi, saya langsung menemui dokter spesialis penyakit dalam pada malam harinya. Menurut sang dokter, saya harus mengikuti serangkaian tes laboratorium dan rontgen.
Saya juga dibekali sejumlah obat untuk mengurangi rasa sakit. Esoknya, saya pun kembali ke rumah sakit untuk menjalankan saran dokter. Saya ke ruang laboratorium untuk diambil sampel urin dan ke ruang radiologi untuk pengambilan foto rontgen.