Lihat ke Halaman Asli

Ketua Umum Gafatar yang Saya Kenal: Kesaksian Kawan Akrab

Diperbarui: 19 Januari 2016   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 “Dirman, kau lihat headline koran ini, bukankah dia teman kita waktu kuliah?” sapa teman saya lewat facebook pagi tadi. “Kok bisa ya, dia gabung di organisasi Gafatar?” tanyanya heran. Lampiran dalam laman itu menunjukkan wajah yang bagi saya tidak asing. Saya baca detail beritanya  dan saya pun mafhum. Saya tidak kaget ketika ia kini menjadi salah satu orang yang dihubungkan dengan Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) karena saya cukup banyak tahu latar belakangnya.

Dialah MM yang kini dikenal sebagai MM Tumanurung. Dulu, dia lebih senang menyebut dirinya dengan MM al-Tunasi karena ia berasal dari Tonasa, Sulawesi Selatan. Ayahnya adalah seorang guru di SD. MM merupakan kawan akrab saya sewaktu kuliah S1 dan S2 di Fakultas Syariah sebuah PTN ternama, tahun 1995-2003. Saya kenal betul karena sama-sama satu kelas, satu hobi, dan satu organisasi.

Saya mengenalnya sebagai lelaki yang penuh semangat, sangat kritis, dan berani tampil beda. Dia sangat suka mengoleksi buku-buku baru sebagai bahan bacaan untuk memperdalam ilmu kesyariahan. Dia sering meminjami saya buku untuk penyelesaian tugas-tugas kuliah. Saat menulis skripsi, saya dan MM sering saling bertukar buku tentang zakat yang menjadi obyek kajian kami. Namun, MM berhasil selesai ujian skripsi lebih awal dari saya karena ia sangat rajin dan pantang menyerah. Ia pun memanfaatkan masa tunggu sebelum masuk pascasarjana untuk kursus bahasa Inggris di Kediri.

Pada jenjang S2, saya dan MM sama-sama mengambil konsentrasi Syariah. Kami belajar bersama agar bisa lulus seleksi. Alhamdulillah, kami lulus tes dan berada dalam satu kelas lagi. Diskusi dan debat selalu mewarnai perkuliahan kami dengan materi yang tentunya lebih berat dan berbobot. Namun, di tengah perjalanan kuliah, MM rupanya tertarik dengan kajian yang menurut saya agak nyleneh.

Suatu kali saya diajak ke kosannya untuk diskusi tentang Islam model baru. Ia bercerita bahwa dia mempunyai seorang guru yang mempunyai cara pikir yang unik tapi sulit dipatahkan. Dalil-dalilnya selalu bersandarkan Al-Qur’an dan hadis dengan penafsiran kontemporer. Baginya, pikiran gurunya  sangat menggugah sekaligus mengoyak keyakinannya. Saat itu, dia mengatakan bahwa dunia ini terbagi dalam pra hijrah dan pasca hijrah. Pada masa pra hijrah, dunia masih diliputi dengan budaya jahiliyah sedangkan masa pasca hijrah berarti masa kebangkitan dan kejayaan Islam.

Tidak hanya itu, dia menyakini bahwa kebangkitan Islam berada pada abad kelipatan tujuh. Pada abad ke-7, Muhammad hadir dan diteruskan dengan kejayaan Islam hingga abad-14. Saat Islam suram, kejayaan Islam runtuh digantikan dengan kekuatan Barat yang mendominasi hingga kini. Nah, di abad ke-21 inilah, Islam bangkit kembali untuk menjadi pemimpin peradaban dunia.  Oleh sebab itu, nama yang kemudian popular adalah Qiyadah Islamiyah yang artinya kebangkitan Islam.

Saya sempat diajak untuk masuk kelompok pengajiannya. Saya bilang bahwa saya masih pikir-pikir dulu. Karena seringnya saya mendapat ceramahnya, saya pun hampir-hampir goyah. Jangan-jangan MM benar sedangkan keyakinan saya selama ini salah. Ia mengatakan bahwa saat ini kita tidak harus solat lima waktu karena masih dalam periode jahiliyah. Kewajiban kita adalah solat malam dan bertahannus seperti Nabi Muhammad di gua Khira’. Nanti kalau sudah masa pasca hijrah, barulah kita solat lima waktu. Juga, kita tidak perlu puasa ramadhan karena puasa ramadhan baru diwajibkan setelah hijrah.

Pikiran-pikiran aneh MM yang kian menjadi-jadi masih saja disampaikan kepada saya di saat-saat tertentu ketika saya main ke kosannya. Setiap habis mendapatkan pengajaran dari gurunya, ia pun segera membaginya kepada saya. Pernah suatu kali saya ditawari untuk berperan sebagai Nabi Harun, sahabat dekat Nabi Musa yang diperankan oleh dirinya. Hemm, saya sempat takut terjerumus dan akhirnya saya pun agak menjaga jarak dengan MM.

Lama saya tidak bersua karena saya lulus lebih dahulu dan kabarnya MM mendapat pekerjaan sebagai dosen di Makasar. Tak lama kemudian, saya mendengar  kalau MM sempat dicari-cari oleh polisi karena ia termasuk penggerak al-Qiyadah al-Islamiyah di Makasar. Suatu kali saya bertemu MM di kampus  saat saya berkunjung di perpustakaan pasca guna menyelesaikan disertasi saya. Rupanya, MM daftar S3.

Beberapa hari ini saya dapat kabar kalau MM adalah ketua umum Gafatar yang menjadi headline beberapa media masa. Banyak orang hilang yang dikaitkan dengan gerakan ini. Video MM saat deklarasi Gafatar di Youtube juga laris manis ditonton. Hemm, apalagi yang mau kau lakukan, wahai Sahabatku? Semoga kau selalu dalam lindunganNya dan selamat di dunia dan akhirat! Amin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline