Lihat ke Halaman Asli

Ini Dia 5 Resep Unggul Ala Dino Patti Djalal

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1409969819367646045

[caption id="attachment_322543" align="aligncenter" width="560" caption="Dino Patti Djalal (apdforum.com)"][/caption]

Siapa yang tidak kenal Dino Patti Djalal? Dia adalah salah satu calon presiden yang sempat meramaikan pesta demokrasi Pemilihan Umum 2014. Setelah menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, kini pria kelahiran Yugoslavia 48 tahun lalu menduduki posisi penting sebagai Wakil Menteri Luar Negeri. Kemarin, 5 September 2014, Dino menyempatkan hadir di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang untuk berbagi cerita dengan civitas ademika kampus dalam rangka membangun manusia unggul masa depan. Mau tahu inti presentasinya? Berikut ini ringkasannya.

Di awal ceramahnya, Dino menyinggung konsep meritokrasi. Baginya meritokrasi adalah salah satu syarat menuju situasi kehidupan berbangsa dan bernegara berkualitas unggul tanpa korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam budaya meritokrasi, manusia sukses bukan diukur seberapa dekat ia dengan pusat kekuasaan, atau seberapa tinggi derajat keluarganya di masyarakat, namun kesuksesan orang ditentukan oleh potensi yang ada di dalam dirinya. Ia bisa saja berasal dari orang pinggiran, keluarga miskin terbelakang, atau bahkan dari sosok yang kurang lengkap secara fisik dan mental. Mereka bisa maju, besar, dan jaya dikarenakan oleh kemampuannya untuk mengolah pikiran dan hatinya untuk terus maju dan berpikir positif.  Semangat yang tak kenal kendur ini dimotori oleh gaya berpikirnya untuk selalu kreatif, inovatif, dan siap kompetitif. Mental yang dibangun adalah tipe mental juara.

Pada poin lain, Dino menyajikan data kehidupan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Di zaman sebelum penjajahan, kehidupan masyarakat Indonesia di bawah kekuasaan kerajaan yang elitis. Setiap cerita yang disajikan berputar pada kehidupan raja, permasuri, patih, dan para punggawanya. Jarang sekali ditemukan rekaman kehidupan masyarakat beserta kreatifitasnya. Di era penjajahan, segala potensi masyarakat dibekukan. Tidak ada fasilitas pendidikan, tradisi berorganisasi, atau ekpose dunia lain dalam pikiran mereka. Dengan demikian, masyarakat Indonesia sangat terbelakang, tertekan, dan berkualitas rendah.

Era kemerdekaan adalah turning point (titik balik). Meskipun hampir seluruh masyarakat hidup dalam kondisi miskin, mereka memiliki konsep nasionalisme untuk melawan penjajahan. Mindset baru ini menyadarkan para pejuang bangsa tentang pentingnya kebebasan berekspresi dan kemandirian berkarya. Dengan perjuangan yang penuh pengorbanan, akhirnya bangsa kita bangkit tahap demi tahap hingga berkembang maju seperti saat ini.

Mengingat abad ini adalah abad teknologi dan globalisasi, bangsa kita perlu mencetak manusia-manusia unggul yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di seluruh penjuru dunia. Untuk itu, nasionalisme unggul harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda penerus bangsa. Dino akhirnya berkenan berbagai resep unggul untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut.

Pertama, prestasi harus melebihi potensi. Menurut Dino, Indonesia memiliki potensi luar biasa. Dengan penduduk terbesar ke-4 di dunia dan potensi alam yang melimpah, Indonesia semestinya mampu untuk bangkit menjadi bangsa gagah yang diperhitungkan. Pertumbuhan ekonomi yang kini menunjukkan tren positif mengharuskan bangsa kita untuk waspada dan terus berkreasi membuka peluang sumber-sumber ekonomi baru sehingga pertumbuhan ekonomi terus dapat ditingkatkan. Tiongkok, sebagai contoh, adalah salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan. Ratusan juta rakyatnya berhasil diangkat dari garis kemiskinan tidak lebih dalam waktu satu generasi.  Perubahan mindset negara itu benar-benar sukses merubah arah negara menjadi salah satu negara adidaya saat ini. Padahal, sebelum tahun 70-an, Tiongkok dikenal sebagai salah satu negara dengan penduduk miskin yang besar.  Di sisi lain, Singapura yang dahulu adalah salah satu bagian dari Malaysia dan memiliki potensi alam terbatas kini berhasil menjadi salah satu negara dengan kekayaan dan prestasi tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan olah pikir yang dilakukan oleh para pemimpin negara itu dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa potensi harus dimaksimalkan untuk meraih prestasi tinggi bila ingin berhasil menghadapi persaingan global.

Resep kedua adalah selalu berpikir positif.  Poin ini sering diulang-ulang oleh Dino karena menurutnya sikap  optimisme (anti pesimis) dan akhlak mulia (anti sinis) adalah karakter para tokoh dunia yang berhasil mengubah nasib bangsanya. Menurut pengalamannya bergaul dengan para pemimpin dan pakar internasional, ia belum pernah menemukan tokoh sukses yang berpikiran kerdil dan picik. Para pemenang itu selalu berpikiran maju, penuh harapan, semangat tinggi, dan selalu bersikap baik kepada semua orang. Berpikir positif dan menebar kebajikan adalah kebiasaan mereka. Oleh sebab itu, sikap mental yang seimbang dan stabil dalam menghadapi dinamika hidup adalah kunci dasar seseorang agar mampu mengekplorasi dan mengeksploitasi potensinya.

Lebih lanjut, Dino memaparkan syarat ketiga, yakni open minded (berpikir terbuka). Mindset yang tertata tidak lepas dari kesediaan seseorang untuk selalu siap berubah. Ia berani menyediaan satu ruang di rongga jiwanya untuk menerima pikiran-pikiran yang datang dari pihak luar. Berpikir terbuka dan siap beradaptasi dengan mindset juara adalah salah satu kunci keberhasilan seseorang. Ketika seseorang memiliki mindset tertentu namun seiring dengan perkembangan zaman mindset itu terasa usang, maka dia harus segera mencari mindset baru untuk merevisi mindset lamanya. Berganti-ganti mindset selama hal itu dilakukan demi kebaikan dan keberhasilan adalah suatu keniscayaan. Dengan demikian, perubahan mindset unggul seperti yang ditawarkan oleh Dino perlu untuk dipertimbangkan dan ditanamkan dalam diri setiap manusia Indonesia yang ingin sukses.

Kempat, untuk menjadi manusia unggul versi Dino, setiap orang harus menambah, meningkatkan, dan mempertajam skilnya. Hidup ini membutuhkan berbagai ketrampilan yang harus senantiasa diasah agar selalu aktual (up date) dengan pekerjaan dan karir. Skil yang maksimal akan memudahkan seseorang untuk memenangkan kompetisi. Jika tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan pasar, niscaya seseorang tidak akan mampu bertahan hidup secara layak. Hanya orang-orang yang memiliki keterampilan tinggi yang akan berhasil memenangkan persaingan.  Oleh sebab itu, peningkatan skil secara kontinyu mutlak diperlukan dalam menghadapi persaingan global. Apalagi, empat bulan ke depan, Indonesia akan menghadapi pasar bebas Asean.

Terakhir, perlu mentor handal. Poin ini menurut Dino dapat menghemat umur. Seseorang dapat memperoleh pelajaran berharga dari para pendahulunya tanpa harus mengalami terlebih dahulu.  Susah senang tentunya sudah pernah dikenyam oleh para senior kita sehingga dengan berdiskusi dengan mereka, kita akan dapat mengambil pelajaran berharga dari mereka. Menyerap ilmu dari mentor adalah salah satu cara untuk bisa unggul dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, menjadi manusia unggul perlu rajin bersilaturrahim dengan mereka yang memiliki pengalaman melimpah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi manusia unggul, mindset juara mutlak dibutuhkan. Sikap ini harus dibarengi dengan watak terbuka menerima masukan dari para pendahulu kita yang kaya pengalaman. Dengan mengimplementasi lima resep Dino ini, kita berharap semoga kita dapat berhasil menjadi pemenang dalam persaingan global pada saat kini dan masa mendatang. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline