Legenda pohon ngingas dan kenangan masa kecil.
Dulu, disaat mudik / pas liburan sekolah, bapak /ibuk mengantarkan aku ke rumah mbah di desa dukuh Ngadiluwih, Kediri.
Namanya anak2, liburan ya dolan, main sepedah , ke sawah, mandi sungai.
di desa mbah ada sebuah sumber mata air yg mengaliri sawah2 desa, dahulu, masyarakat mengenal sbg SUMBER, gitu aja , tanpa nama.
Ada hal yg cukup menarik, suatu kali saat pulang dr main dan mandi2 di sumber tsb, mbah ku bertanya :dr mana le..
,ku jawab: adus kali ng sumber, (mandi sungai di sumbernya),
lalu mbahku berpesan dan benar2 mewanti wanti, awas kalo kena kembang dan getah nya pohon INGAS , kulit bisa gatal dan mborok, sudah banyak yg kena, sejak jaman buyut canggahmu...
Daku diam, sambil bertanya dlm hati, tp kok banyak orang2 yg masih mandi dan cuci lo di situ...hihihihi....
Saat ini, sumber itu sudah jd semacam pemandian wisata desa...
Sudah lama sekali gk kesana, ke sumber itu, barangkali , pohon ingas / ngingas itu masih ada....
Di Jawa pohon ingas benar-benar sudah menjadi tumbuhan langka
Nama ingas saja jarang didengar, apa lagi
menyaksikan wujud fisiknya. Penamaan ingas lebih banyak
digunakan oleh orang Jawa, sedang orang Jawa Barat
menyebutnya rengas.
Menutut penelitian K.Heyne dlm "Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Departemen Kehutanan, 1987), terdapat beberapa jenis pohon ingas atau rengas yang terdapat di jawa. Yaitu:
ingas atau ingas tembaga (Gluta renghas), kemudian ingas kapur/ ingas kebo/ ingas celik/ ingas telik (Semecarpus
heterophylla).
Rengas atau ingas tembaga merupakan pohon raksasa
rimba yang tersebar di seluruh Nusantara. Biasa tumbuh ber-
kelompok pada tanah lembab, di tepi atau muara sungai, rawa, atau pun pantai. Walaupun kayunya dinilai cukup bagus tetapi
jarang dimanfaatkan karena pohon ini memiliki getah yang
cukup berbahaya bagi manusia. Sebab getah tersebut dapat
menyebabkan radang pada kulit yang terkena, walau menurut para peneliti masih kalah ampuh dibanding getah Semecarps.
Dikabarkan pula masyarakat tradisional di masa lalu sampai tidak berani berteduh di bawah pohon rengas karena
pohon ini dimitoskan mengeluarkan uap yang berbahaya bagi keselamatan manusia.
Mirip dengan pohon rengas (Gluta renghas), kisah mengenai pohon ingas (Semecarpus heterophylla
juga tidak kalah seramnya. Keberadaan pohon ingas benar- benar ditakuti oleh masyarakat Jawa di masa lalu. Maka, tidak
mengherankan jika pohon ingas benar-benar punah karena begitu melihat ada pohon ingas di suatu tempat pasti segera ditebang (dimatikan)
Mirip dengan pohon rengas, pohon ingas juga dapat
tumbuh besar dan tinggi mencapai 20 m dengan diameter batangnya 40- 50 cm. Kebanyakan tumbuh di hutan-hutan semak belukar, sampai ketinggian 800 m dpl. Walaupun kayu ingas cukup baik dan kuat, tetapi tidak pernah digunakan. An-
tara lain karena menebangnya juga sulit. Begitu pohon tersebut dilukai akan keluar getah yang cepat mengering, dan jika getah tadi mengenai kulit daging manusia akibatnya sangat
mengerikan. Kulit akan memerah, membengkak, terasa gatal sekali dan muncul bintul-bintul yang menyebabkan luka dan
memborok.