Lihat ke Halaman Asli

sudarsono siburian

Time Is Life

Kesatuan dalam Keberagaman: Label bagi Pemuda Pemudi Indonesia

Diperbarui: 4 Juni 2024   18:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber:https://authentic-indonesia.com/blog/what-you-need-to-know-about-indonesian-culture/Input sumber gambar

"UNITY IN DIVERSITY"

LABEL  BAGI PEMUDA PEMUDI INDONESIA

Oleh: Sudarsono Siburian

Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan hari ketiga dimana kongres pemuda II dilaksanakan. Berdasarkan hasil kongres tersebut, Mohammad Yamin sang pelopor sumpah pemuda membuat intisari  seluruh isi kongres. Berdasarkan intisari tersebut lahirlah sumpah pemuda yang secara aklamasi disetujui oleh semua anggota kongres. Isi dari Sumpah Pemuda Tersebut adalah:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.

  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Pemuda (Putra Putri Indonesia). Begitulah sapaan yang telah disematkan bagi mereka. sejarah telah mencatat bahwa mereka (Pelajar dan Mahasiswa) menjadi bagian yang  tidak terlepas dari perubahan-perubahan yang terjadi pada negeri Nusantara ini. Sumpah pemuda bukan hanya sekedar tulisan namun sebuah ikrar pemuda untuk satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah pemuda menjadi awal dari lahirnya bangsa indonesia. Di bawah penjajahan Belanda dan Jepang yang berlangsung selama ratusan tahun mendorong para pemuda untuk menyatukan barisan demi  memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hasil dari kesatuan tersebut membawa Indonesia mencapai  kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Berdasarkan isi sumpah pemuda di atas, dapat disimpulkan bahwa sumpah pemuda merupakan komitmen bersama dalam menyatukan bangsa melawan penjajahan, memberantas kemiskinan, keterbelakangan dan memerangi kebodohan dalam dunia pendidikan. Dengan demikian kemerdekaan indonesia merupakan suatu perjuangan dengan harga mati. Pemuda dengan semangat patriotisme dan nasionalisme secara gotong royong bersatu dalam memberantas kemiskinan dan kebodohan dalam merebut kemerdekaan. 

Namun, melihat era perkembangan zaman yang semakin modern, semangat patriotisme dan nasionalisme pemuda semakin luntur. Padahal generasi muda hanya perlu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dan pendidikan, bukan dengan memegang senjata maupun bambu runcing seperti para pendahulu lakukan. Namun pada kenyataan, sekarang banyak generasi muda justru menjadi pelopor atas kerusuhan yang terjadi. Perselisihan batas wilayah, peperangan antar suku dan agama, demo mahasiswa yang merugikan banyak pihak, serta menurunnya sikap toleransi. Tidak sedikit generasi muda yang terjerumus kepada hal-hal yang begitu memprihatinkan seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas, kriminalisasi, pembulian, dan banyak penyimpangan-penyimpangan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi generasi muda. Bahkan hal yang paling menyedihkan adalah menjadikan hal-hal tersebut menjadi sebuat trend yang diterima dan  banyak diikuti oleh generasi muda.  

Berbicara mengenai perkembangan zaman yang semakin modern, kita bisa melihat banyaknya fenomena yang terjadi di generasi muda. Kita bisa melihat, seberapa banyak dari mereka yang peduli terhadap budaya?, seberapa banyak dari mereka yang hafal lagu-lagu nasional dan daerah?, seberapa banyak dari pemuda yang hafal nama-nama pahlawan?, seberapa banyak dari mereka yang tau alat-alat musik daerah dan dapat memainkanya?. Tidak banyak dari mereka mengetahui semua itu. Para pemuda sekarang berbeda dengan pemuda zaman dulu. Sekali lagi semangat nasionalisme sudah luntur dalam diri mereka. Mereka terlalu sibuk dengan teknologi (gadget) mereka tanpa tujuan yang jelas. 

Mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu mereka di mall dan tempat hiburan dibandingkan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang perlu diperhatikan diluar sana. Mereka terlalu sibuk mengikuti trend barat, menghafal lagu-lagu barat dan artis nya. Memang tidak ada yang salah dari hal tersebut, setiap orang punya kebebasan bukan untuk melakukan hal tersebut. Namun yang perlu digaris bawahi adalah bahwasanya pemuda terlalu menyibukan diri dengan hal hal tersebut hingga melupakan bahkan menghilangkan  budayanya sendiri sebagai warga negara indonesia.  Namun tidak sedikit juga dari mereka yang dengan mati-matian menguasai serta mengembangkan budaya yang diwarisi. Kita tetap tidak bisa memvonis bahwa pemuda indonesia benar- benar vakum dari budaya serta tugas dan tanggung jawab mereka sebagai garda terdepan dalam kemajuan negara indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline