Ada yang luar biasa pada tahun ini, yaitu antara Hari Raya Nyepi dan permulaan puasa Ramadlan. Pada hari Rabu, 21 Maret 2023 adalah Hari Raya Nyepi, kemudian 22 Maret 2023 Tahun Baru Saka 1945. Hari Kamis tanggal 22 Maret 2023 hari pertama puasa Ramadlan tahun 2023.
Kesamaan ini juga menyentuh pada esensi Nyepi yang bermakna pencucian diri bagi umat Hindu, dan puasa Ramadlan yang bermakna mensucikan diri menjaga dari perbuatan yang tercela, menahan lapar dahaga serta perbuatan yang membatalkan puasa. Apa hikmah semua itu ?? Tidak ada maksud penulis untuk menyamakan antara keduanya namun dari aspek kemanusiaan keduanya memiliki tujuan yang sama pendekatan kepada Tuhan Sang Pencipta dan membangun nilai nilai kemanusiaan yang sejati.
Inti Memuliakan Manusia
Al Qur'an menegaskan dalam perintah kepada manusia untuk berpegang pada Kalimatul Sawa yaitu membangun hubungan baik antara umat manusia. Sekalipun ada perbedaan agama, budaya, latar belakang ekonomi sosial namun tetap manusia dipersatukan untuk bekerja sama dalam kebaikan dan manfaat. Ajakan kepada “titik pertemuan” atau dalam “(QS. 3:64) Melalui pesan ini jelas bahwa Tuhan meneguhkan bahwa nilai nilai kebajikan tidak sebatas ibadah ritual melainkan jiha ibadah sosial.
Setiap ajaran agama memiliki konsep tentang penyucian diri dalam upaya membangun hubungan kepada Tuhannya dengan cara yang berbeda beda. Diantaranya adalah puasa merupakan sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci dengan menghentikan sementara atau menahan melakukan hal hal yang boleh dilakukan.
Konsep menahan atau menghentikan ini secara kosmologi dimaksudkan untuk menertibkan kembali tatanan tubuh, diri manusia, keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Proses puasa Ramadlan secara teratur berdasar peredaran bulan (Qamariah), sedangkan Nyepi berdasar peredaran matahari (Syamsiah). Ada satu waktu untuk menahan 29 sampai 30 hari dalam setahun dalam ajaran Islam, atau sehari semalam dalam setahun menurut Nyepi Hindu.
Bagi bangsa Indonesia yang beragam suku bangsa, dan dipersatukan dengan nilai nilai Ketuhanan serta kebangsaan ini menjadi " religious community " bukan sekedar " imagined community " menurut Benedict Anderson. Melalui Pancasia, menempatkan Ketuhanan sebagai sila pertama terkandung pengakuan bahwa nilai nilai religius ini juga yang mempersatukan, bukan semata mata nilai politik. Tujuannya adalah membangun peradaban manusia yang adil dan sejahtera. Jadi kembali pada esensi ibadah puasa yang memiliki nilai ilahiah pada wadahnya namun tetap isi pada membangun nilai nilai kemanusiaan
Relevansi Permasalahan Bangsa
Puasa adalah suatu perjuangan melawan diri sendiri (manusia sendiri) melawan ego, mementingkan kepentingan masyarakat. Ajaran berbagi takjil atau memberi makan orang berpuasa adalah upaya mengingatkan bahwa ada kewajiban terhadap sesama. Shalat tarawih, membangun kebersamaan untuk mengingatkan bahwa melalui persatuan lebih banyak hal yang didapatkan, sebaliknya diajarkan untuk menghargai keahlian seperti memilih imam shalat atau bangun malam untuk sahur bagian untuk menata sesuatu yang chaos dalam setahun lalu.
Dihubungkan dengan kehidupan berbangsa seperti berbagai fenomena pejabat atau keluarga pejabat yang pamer, sepertinya ini bertentangan dengan nilai nilai puasa atau Nyepi. Kondisi itu merupakan pengingkaran terhadap nilai nilai toleransi terhadap kondisi sosial yang masih timpang. Di tengah tengah kehidupan yang masih serba kurang, alangkah baiknya untuk merawat solidaritas sosial. Bukan sekedar karena kewajiban melainkan pada tingkat kesadaran.
Oleh sebab itu baik Idul Fitri sebagai momentum kembali ke fitrah atau Tahun Baru Saka setelah Nyepi adalah kelahiran manusia manusia baru yang digodog dalam kawah Candradimuka (Candra artinya bulan, dan bersesuaian pula dengan konsep Ramadlan yang artinya membakar). Manusia baru yang memiliki semangat juang memenuhi kewajiban sosial bukan semata mata kebutuhan individu.