Lihat ke Halaman Asli

Sudarmawan Yuwono

Pengajar Arsitektur

Sketsa Sebagai Proses Pencarian Diri

Diperbarui: 21 Februari 2023   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sketsa adalah salah satu bentuk seni menggambar yang terkadang dianggap sebagai suatu draft untuk menggambar yang lebih lanjut atau disebut melukis. Hal ini menjadikan sketsa sebagai suatu karya proses atau karya menuju karya berikutnya yang lebih sempurna. Namun demikian sebenarnya sketsa sendiri bisa menjadi suatu karya final atau tidak dianggap sebagai karya proses. 

Karya Proses atau Karya Paripurna

Sketsa sebagai karya proses menjadi bagian dari karya paripurna atau karya yang mengantarkan pada karya berikutnya. Kita menempatkan sketsa sebagai draft atau rancangan untuk dilanjutkan atau sebagai studi dalam membuat karya sesungguhnya. Para pelukis besar seperti Leonardo Da Vinci membuat banyak sketsa. Di tanah air kita mengenal pelukis Sudjojono yang membuat banyak sketsa sebagai draft maupun studi.

Hal ini menunjukkan posisinya sebagai karya paripurna atau karya yang berdiri sendiri menjadi karya seni yang memiliki nilai apresiasi tinggi. Mengapa demikian ? Kita semua tahu bahwa sketsa berangkat dari goresan atau tarikan garis dari berbagai media. Justru inilah yang unik dari sketsa bahwa spontanitas membuat karakternya sebagai karya sangat kuat dan ekspresif. 

Pencarian Diri 

Melalui sketsa yang sangat kental dengan emosi, spontanitas dan rasa membuat sketsa bisa menjadi ajang mengolah rasa sebagaimana menulis. Dalam sketsa yang dihadapkan keterbatasan waktu dan kebebasan pada satu pihak mendorong pelaku sketsa untuk lebih mudah mengeksplorasikan rasa. 

Pada sketsa, pembuatnya tergugah untuk mengekspresikan emosi maupun keinginannya. Tekanan yang bebas, atau tarikan yang tegas dan lembut menjadi pilihan untuk meluapkan rasa dan emosi.

Jadi sketsa bisa menjadi media terapi atau pencarian diri untuk menemukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita pribadi yang tegas atau ragu ragu. Emosional atau tenang. Dan terakhir adalah melatih kesabaran terutama untuk terus berlatih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline