Lihat ke Halaman Asli

SUDARMANTO

Guru SMPN 7 Probolinggo

Kemegahan Hagia Sophia hingga Aya Sofia

Diperbarui: 24 Februari 2023   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Jika datang ke Istanbul rasanya belum lengkap jika belum singgah ke Masjid Aya Sofia peninggalan Muhammad al-Fatih yang genius itu, yang mana sebelumnya Aya Sofia merupakan Gereja Kristen Ortodoks bernama Hagia Sophia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus penguasa Byzantium pada tahun 558 Sebelum Masehi.

Istanbul sebelumnya bernama Konstantinopel, yaitu sebuah kota yang didirikan oleh koloni Yunani Kuno dari Megara pada tahun 667 Sebelum Masehi dan dijadikan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Byzantium sebagai pelanjut dari kedaulatan Kekaisaran Romawi pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani pada abad Kuno dan Pertengahan.

Hagia Sophia waktu itu merupakan simbol kemegahan bagi Romawi Timur atau Byzantium beratus tahun lamanya dan kemudian beralih fungsi menjadi sebuah Masjid dengan nama Aya Sofia (bahasa Turki) setelah Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkannya pada tahun 1453 Setelah Masehi.

Dokumen Probadi

Muhammad al-Fatih adalah nama lain dari Muhammad II bin Murad II atau Sultan Murad II penguasa Daulah Utsmaiyah. Ia dilahirkan pada 30 Maret 1432 di Edirne ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu dan wafat di tengah pasukannya pada pada 3 Mei 1481 sekitar 25 km dari Konstanopel serta dimakamkan di sekitar Masjid Aya Sofia.

Muhammad II bin Murad II kemudian memperoleh gelar Muhammad Sang Penakluk (al-Fatih_bahasa Arab) setelah menaklukkan Konstantinopel pada tahun pada tahun 1453 yang kemudian lekat menjadi Muhammad al-Fatih sampai sekarang.

Dalam sejarah Islam Muhammad al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang genius, cakap serta memiliki kepakaran dalam militer dan ilmu pengetahuan, terutama Matematika dan Fisika, ia menguasai 6 (enam) bahasa dunia; Turki, Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Ibrani. Dari kecil dalam asuhan gurunya sudah mampu menghafal al-Qur'an 30 juz serta mempelajari ilmu hadits, memahami ilmu fiqih, ilmu falak, dan ilmu strategi perang.

Luar biasa, Muhammad al-Fatih yang waktu itu masih berusia 21 tahun mampu memimpin sepasukan perang untuk menggempur pertahanan Konstantinopel, padahal waktu itu Konstantinopel merupakan kota besar yang memiliki sebaik-baiknya pertahanan di Romawi Timur.

Yach, waktu aku menginjakkan kaki di halaman masjid Aya Sofiya dalam antrian masuk perasaanku membawa khayalku seolah aku terhanyut terbawa ikut arus dalam rombongan kapal-kapal perang yang dipimpin al-Fatih itu. Aku turut merasakan semangat mendorong dan menyeret kapal perang dari selat Bosphorus lewat daratan melalui Bukit Galata menuju ke Tanduk Emas (Golden Horn). 

Dengan bantuan kayu bulat yang dihaluskan dan dilumuri lemak sapi untuk dijadikan landasan, maklum aja waktu itu belum ada alat berat untuk mendorong atau mengangkut kapal perang, sehingga kapal-kapal itu dalam waktu yang singkat tidak sampai satu malam telah berhasil dipindahkan ke daratan yang siap menggempur benteng pertahanan Konstantinopel. 

Kegeniusan strategi al-Fatih ini telah mencengangkan pihak lawan, Bizantium dibuatnya kaget dan kelabakan di pagi harinya karena tidak menyangka jika al-Fatih bersama pasukannya akan membawa kapal perangnya lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pepohonan besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline