Lihat ke Halaman Asli

Tidak Selamanya Obat Identik dengan Bahan Kimia, Tolak Angin Obat Herbal yang Berkhasiat Lebih

Diperbarui: 13 Agustus 2018   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.sidomunculstore.com

"Orang pintar minum tolak angin". Mendengar slogan tersebut sudah pasti kita langsung teringat akan obat herbal yang kaya akan manfaat. Apalagi kalau bukan Tolak Angin Sidomucul.

Diformulasikan sejak tahun 1930 oleh ibu Rachmat Sulistyo hingga sekarang, resep yang digunakan dalam memproduksi obat herbal ini tetap sama.

Menggunakan bahan organik pilihan seperti daun mint, jahe, madu, adas dan daun cengkeh merupakan komposisi yang tepat yang di kemas menjadi sebuah produk obat herbal.

Selain itu Tolak Angin juga di proses di pabrik modern berstandar GMP (Good Manufacturing Practices) dengan kualitas control yang begitu ketat.

Mungkin ini yang menjadi alasan kenapa Tolak Angin Sidomuncul tetap bertahan hingga saat ini. Selalu mempertahankan resep dan kualitas mutunya. Jadi sangat pantas atas pencapaian yang diraih Tolak Angin dengan menjadi satu-satunya obat masuk angin yang mendapat sertifikat Obat Herbal Terstandar dari BPOM RI.

Berbicara  mengenai obat herbal ini, tidak lengkap rasanya kalau hanya memaparkan sejarahnya namun tidak sharing mengenai pengalaman mengkonsumsinya.

Nah disini saya ingin bercerita ketika obat herbal ini benar-benar memberikan khasiat yang luar biasa yang saya rasakan.

Jadi pada waktu itu setelah satu bulan saya  mengabdi ke masyarakat dalam program KKN Kebangsaan akhirnya saya harus kembali ke kota asal saya.

Acara perpisahan yang kami lakukan malam sebelumnya bersama masyarakat membuat saya merasa kondisi saya yang tidak fit di pagi harinya. Belum lagi tidur yang hanya beberapa jam karena terlarut dalam suasana acara malam perpisahan.  Saya mencoba mengisi perut saya dengan sarapan pagi untuk membuat tubuh saya kembali fit. Namun tak kunjung berhasil. Meriang, panas dingin, pusing dan mual masih saya rasakan. Saya masih berusaha untuk tetap terlihat fit dan tidak memberitahukan kepada teman-teman akan kondisi saya ini. Dengan alasan tidak ingin merepotkan mereka.

Sembari menunggu bus jemputan saya teringat akan Tolak Angin yang saat itu sudah di persiapkan oleh mama sebelum menjalani program KKN sebagai bekal obat bagi saya. Jadi mama berpesan jika saya merasa tidak enak badan maka saya di sarankan untuk mengkonsumsi Tolak Angin.

Selama satu bulan mengabdi saya selalu membawa Tolak Angin itu di dalam tas saya. Namun sayangnya tidak pernah saya minum. Sedikit info saya itu bukan orang yang sakit dikit minum obat. Karena saya berfikiran yang namanya obat identik dengan bahan kimia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline