Lihat ke Halaman Asli

**Menjadi Seorang Dokter: Antara Idealisme dan Realitas*

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"aku ingin menjadi seorang dokter" jawab gadis kecil yang baru berusia 5 tahun. Jawaban seperti itu adalah jawaban yang selalu dikatakan anak-anak pada umumnya ketika berbicara tentang Impiannya. Impian anak-anak tidak jauh dari kata : "Dokter".entahlah, apa karna tidak ada kata2 yang lain, atau hanya karna omongan orang tuanya, atau karna teman-temanya.

lalu, apakah sudah besar nanti mereka akan jadi dokter? seiiring dengan waktu, impian sejak kecil juga suka berubah kecuali bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi dokter.

sekarang pertanyaan nya : atas landasan apa mereka ingin menjadi dokter?

untuk mereka yang masih murni (alasan yang polos) : *ingin mengobati banyak orang, ingin memberikan pengobatan gratis kepada rakyat yang miskin". alasan ini mungkin hanya akan ada disebagian kecil dari orang-orang yang ingin menjadi seorang dokter. Alasan yang sesungguhnya dalam dunia kapitalisme ini adalah : " Dengan menjadi seorang dokter, hidup akan terjamin dan kaya" . selain alasan itu, ada alasan seperti mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat tentang pekerjaan sebagai dokter.

Pada zaman kapitalisme sekarang ini, sangat sulit menemukan dokter-dokter yang punya alasan polos seperti tercantum diatas. saya menemukan beberapa sampel dari orang-orang sekitar yang kuliah di kedokteran. (tanpa menyebut nama dan universitasnya)

sebut saja namanya si B, ketika saya bertanya : "apakah nanti setelah jadi dokter akan memberikan obat2 yang relatif murah dan mudah di jangkau oleh masyarakat"? lalu kakak itu menjawab : "dek, kamu tahu berapa biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter? biaya mahal dan semua itu harus balik modal". ini jawaban yang cukup membuatku kaget ketika itu.

selanjutnya saya juga mendengar secara lansung bagaimana teman-teman yg lagi kuliah kedokteran ada yang menyontek, ada yang dapat bocoran soal, mendekati asisten, bahkan membeli nilai dengan seharga 1,5 juta per mata kuliah jika ingin mendapat nilai A. ketika saya bertanya ke salah seorang teman : " jika menyontek saat ujian, bagaimana nanti setelah jadi dokter, apakah mau gelar dokter dengan menyontek? lalu jawaban teman adalah : " kalau teori gak dikuasai gak apa-apa asalkan prakteknya dikuasai". saat itu aku kaget dan berfikir : jika ujian teori saja menyontek bagaimana bisa meguasai praktek? bukankah teori itu harus dikuasai juga?.

Sampel -sampel diatas adaah beberapa fakta yang saya temui dari teman-teman, dari mereka yang ingin menjadi dokter hanya ingin gelar dan uang.

lalu apakah ada "dokter" yang masih mempunyai idealisme? seorang dokter yang tidak hanya punya alasan yang polos tetapi dia merasa "kasihan" ketika ada orang yang sakit tetapi dia harus membayar obatnya. seorang dokter yang berharap suatu saat nanti dia akan menjadi dokter yang mengobati banyak orang tetapi orang yang datang kepadanya, tidak akan membayar sepersen pun kepadanya maupun kepada rumah sakit.lalu pertanyaan, adakah dokter yang seperti itu? pasti ada, entah ada dimana,, tetapi dia adalah dokter yang telah mengemban ideologi islam. mungkin ada disuatu tempat dan semoga dia mampu mempengaruhi teman-teman yang sesama dokter juga untuk mengemban ideologi islam ini.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline