Lihat ke Halaman Asli

Suci Nur Rahayu

MAHASISWA IAIN JEMBER

Seperti Ini Seharusnya Sikap Siswa Kepada Guru

Diperbarui: 4 April 2020   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada sebuah cerita tentang seorang santri yang tawadhu. Suatu ketika santri tersebut sedang melakukan perjalanan dengan menunggangi kuda. Ketika dalam perjalanan ia teringat bahwa kiainya pun sedang dalam perjalanan pulang menuju pesantren. 

Karena teringat hal itu santri yang tawadhu ini seketika turun dan menuntun kudanya menuju tempat yang ingin ia datangi walaupun ia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai dan tempat tujuannya masih sangat jauh. 

Santri tersebut tidak tahu sejauh mana jarak antara ia dengan kiainya tapi ia terus menuntun kuda tersebut sampai akhirnya ia berpapasan dengan kiainya. santri tersebut kemudian ditanyai oleh kiai "kenapa kau tidak menunggangi kudamu?" dengan kepala yang menunduk santri tersebut kemudian menjawab "saya tidak menunggangi kuda ini karena merasa takut kiai jika tiba-tiba saya berpapasan dengan kiai sedang saya berada diatas kuda. 

Tidak sopan rasanya jika posisi saya lebih tinggi atau sama seperti kiai." kiai tersebut lantas mempersilahkan santri tersebut untuk melanjutkan perjalanannya dan mempersilahkan untuk menunggangi kudanya. Santri pun melaksanakan perintah kiainya untuk melanjutkan perjalanannnya  dengan menunggangi kudanya.

Cerita ini saya dapat dari teman saya yang mendapat cerita dari ustadz/ustadzahnya ketika diniyah. Sehingga tidak pasti, apakah kisah tersebut benar-benar terjadi atau hanya fiktif. Tetapi, walaupun cerita ini tidak nyata setidaknya cerita tersebut dapat memotivasi diri kita untuk terus menghormati guru. Walaupun dengan cara yang tidak sama seperti apa yang dilakukan santri seperti cerita diatas.

Mengapa? Karena yang terjadi saat ini adalah krisis akhlakul karimah, krisis sopan santun dan krisis menghormati orang yang lebih tua. Sehingga mulai luntur kebiasaan mengucap salam dan berjabat tangan ketika berpapasan dengan guru, menyapa guru ketika bertemu diluar sekolah, selain itu banyak siswa yang berani berkata kasar kepada guru, tidak sopan kepada guru, bahkan ada siswa yang berani menyakiti guru. masih lekat dalam pikiran tentang peristiwa memilukan yang terjadi sekitar 2 tahun lalu tepatnya 1 Februari 2018, yaitu siswa kelas XI SMAN 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur memukuli guru bernama Ahmad Budi Cahyono hingga meninggal.

Banyak sekali siswa yang mendekati guru dan menganggap guru selayaknya teman sendiri dengan dalih agar ketika waktu pelajaran tidak canggung untuk bertanya sehingga lebih paham dengan materi atau justru agar dapat nilai bagus tanpa harus belajar. Karena terlalu dekat sehingga menghilangkan batasan-batasan antara siswa dengan guru. mungkin sebagian orang akan menganggap bahwa bentuk ketidak sopanan ini adalah kesalahan siswa  padahal, tidak sepenuhnya salah siswa. Perlu kita sadari tetapi sikap guru pun dapat mempengaruhi sikap siswa.

Dalam sosiologi pendidikan dijelaskan bahwa ada dua jenis hubungan antara guru dengan siswa, yaitu guru yang dekat dengan menjaga jarak dengan siswa. keduanya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap sikap siswa kepada siswa. Jika bersikap terlalu terbuka sehingga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan siswanya dapat menimbulkan sikap siswa cenderung seenaknya sendiri/membangkang kepada gurunya, terkadang sikap tersebut juga dapat menghilangkan wibawa guru sehingga siswa tidak memiliki rasa segan kepada guru. Sedangkan  guru yang terlalu menjaga jarak kepada siswa akan menimbulkan sikap siswa yang tidak nyaman, canggung atau bahkan takut kepada guru tersebut sehingga belajar menjadi terasa membosankan. Maka guru yang baik adalah guru yang dapat menyeimbangkan kedua jenis hubungan antara guru dan siswa tersebut.

Lantas bagaimana seharusnya sikap siswa kepada guru? siswa seharusnya menjaga batasan antara dirinya dengan guru, dengan menjaga sikap sopan, berkata yang santun, tidak menge-tes kemampuan guru, tidak menanyakan hal-hal yang menyulitkan guru, tidak mempermalukan guru, dan lain sebagainya. Sebagaimana pandangan KH. Hasyim Asy'ari, beliau mengaharuskan siswa mengetahui  dan mengamalkan etika berbicara dengan guru, bahkan ketika murid bermaksud menghadap kapada guru, hendaknya murid bersedekah dan berdoa terlebih dahulu untuk guru.

Sebagai seorang siswa pun harus menyadari bahwa guru adalah sosok yang harus ia hormati dan patuhi perintahnya jika itu tidak menyimpang dari ajaran agama. dan satu hal yang perlu diingat bahwa jika seorang guru tersebut ridho kepada siswa dan ikhlas menyampaikan ilmu maka ilmu yang didapatkan siswa akan menjadi ilmu yang barokah.

NOTE: Tulisan ini adalah nasehat untuk diri saya sendiri dan untuk teman-teman yang membaca. Agar tidak melupakan adab kita sebagai murid kepada guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline