Lihat ke Halaman Asli

Suci Nur Rahayu

MAHASISWA IAIN JEMBER

Seperti Apakah Guru yang Baik? Begini Kata Nadiem Makarim

Diperbarui: 10 April 2020   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tanggal 7 Maret 2020 di channel youtube Deddy Corbuzier meng upload video dengan judul "NADIEM MAKARIM UJIAN NASIONAL ITU DISKRIMINASI". Video berdurasi 36 menit 44 detik tersebut om deddy sebagai pemilik channel youtube memilih bapak mentri pendidikan periode tahun 2019-2024 yaitu bapak Nadiem Makarim sebagai kawan diskusinya.

Di video tersebut diawali dengan membahas peran orang tua untuk perkembangan anak. Bapak Nadiem bercerita tentang rutinitas pribadinya ketika dirumah yaitu ketika pulang kerja selalu menidurkan anaknya terlebih dahulu. Hal tersebut beliau lakukan karena keluarga adalah sesuatu yang utama menurutnya dan beliau tidak ingin kalau ia membantu anak-anak seluruh Indonesia tapi anaknya sendiri tidak ter-urus.

Menurutnya adanya kebiasaan-kebiasaan yang konsisten diterapkan kepada anak menjadikan anak tersebut merasa aman, belajar lebih banyak, lebih percaya diri dan merasa disayang. Beliau kurang setuju jika ada orang tua terutama ayah yang menganggap bahwa dirinya sibuk mencari uang sehingga tidak punya cukup waktu untuk anak. Menurutnya setiap ayah wajib berpartisipasi dalam membesarkan anak dan peran kedua orang tua itu lebih besar pengaruhnya (terhadap kesuksesan anak, etitute, sikap kepada orang lain, dsb) dari pada peningkatan ekonomi orang tua.

Faktanya, ada beberapa keluarga yang menunjukkan jarak antara orang tua dan anak yang dikarenakan adanya hubungan hierarki dalam keluarga. Hubungan hierarki adalah adanya suatu tingkatan dalam suatu hubungan. Seperti dalam suatu keluarga, orang tau adalah orang yang tingkatannya lebih tinggi dari pada anak sehingga harus dihormati dan dipatuhi.

Jarak yang terlalu jauh antara anak dan orang tua menjadikan anak tidak terbuka dan cenderung takut untuk menceritakan masalah-masalahnya. Jikapun ada perbincangan, orang tua akan cenderung menggurui sehingga menyebabkan anak merasa tidak nyaman untuk bercerita. Padahal, keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan pendidikan akan dapat berjalan jika ada komunikasi, maka dari itu komunikasi antara orang tua dan anak adalah suatu hal yang penting. Lantas, bagaimana komunikasi yang lebih disenangi anak? Perbincangan santai bersifat curhat atau diskusi mungkin lebih tepat dan dapat diterima anak.

Selain peran orang tua ada pula peran guru yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Ditengah perbincangan itu, sang pemilik channel youtube bertanya "bagaimana guru dapat menjadi orang tua bagi murid-muridnya jika gaji honorer guru masih 200 ribu?" Dijawab oleh bapak Nadiem dengan menjelaskan lebih dulu bahwa guru honorer adalah guru yang diangkat oleh sekolah karena kekurangan guru dan tidak secara teknis masuk kedalam sistem pemerintahan. Sedangkan, guru yang didefinisi sebagai guru adalah guru PNS yang telah diatur (gaji, tunjungan, dsb) oleh pemerintah.

Pertanyaan yang diajukan om Deddy dijawab dengan menunjukkan program pemerintah yang melakukan pemerataan guru PNS dan honorer. Beliau menjelaskan bahwa pemerintah memberikan anggaran dana dengan jumlah yang sama untuk setiap sekolah sedangakan setiap sekolah memiliki jumlah guru honorer dan guru PNS yang berbeda. Misalnya, di sekolah A memiliki 10 guru honorer dan 5 guru PNS di sekolah B memiliki 5 guru honorer dan 10 guru PNS. Maka jumlah dana yang sama jika dibagikan kepada 10 guru honorer dengan 5 guru honorer akan berbeda jumlahnya dan memungkinkan gaji yang diterima 10 guru honorer tersebut tidak layak/sangat kurang. Adanya pemerataan guru honorer diharapkan dapat memberikan fasilitas dan gaji yang layak kepada guru honorer.

Langkah berikutnya adalah melakukan seleksi penerimaan guru yang adil dan benar-benar dengan kriteria yang tepat. Kriteria yang tepat adalah yang dapat memberikan dampak baik kepada murid-muridnya, sehingga pemerintah menyediakan beberapa uji kompetensi yang harus dipenuhi oleh calon guru. Beliau menambahkan, jika yang menentukan guru tersebut baik atau tidak adalah berawal dari tujuan awal orang tersebut ingin menjadi guru. Orang tersebut  menjadi guru bukan karena gaji tapi karena itu merasa bahwa mengajar adalah passionnya dan ingin meningkatkan kemampuan murid-muridnya.

Tujuan awal ini sebenarnya lebih penting dari pada uji kompetensi, guru yang mengabdikan dirinya untuk murid-murid akan secara otomatis meningkatkan kemampuan dirinya karena menginginkan dirinya dapat memberikan yang terbaik untuk murid. Namun suatu hal yang perlu disayangkan adalah identifikasi tersebut belum ada. Pemerintah berusaha membuat strategi yang masih perlu disempurnakan yaitu dengan adanya program naik karir. Dari program tersebut akan diketahui guru-guru yang berkompeten dan memiliki tujuan awal untuk menjadi guru yang baik.

Dari langkah-langkah disampaikan oleh bapak Nadiem Makarim kita dapat mengambil kesimpulan bahwa betapa sungguh-sungguhnya usaha pemerintah agar dapat memberikan yang terbaik untuk guru. Tujuannya adalah agar guru tersebut dapat memberikan yang terbaik untuk murid-murid. Hal ini karena dari murid-murid tersebut akan muncul generasi-generasi penerus bangsa yang dapat menetukan nasib negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline