Lihat ke Halaman Asli

Fenomenologi Tuhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Duuhh.. mana siih bolpenku?? Innalilllahi si ‘ini’ sudah meninggal..

Ampuuunn.. bedakku ternyata udah habis..

Manusia dan makhluk bernyawa lainnya akan mati. Benda-benda yang berada di sekitar kita pernahlah hilang, bahkan habis. Semuanya tak ada yang abadi. Saya, anda, mereka, kami, dia, benda ini, benda itu, dan setiap hal yang kita ketahui bahwa itu “ada”, sebenarnya tidak ada, karena tidak abadi. Tak usahlah berlama-lama bergelut dengan metode “menyangsikan segala-galanya” seperti kata Descartes. Mudahnya, lihat saja bahwa semua di dunia ini akan mati, hilang, dan habis. Tak ada yang abadi, abadi untuk benar-benar membuktikan keberadaannya.

Cukup sadari bahwa semuanya fana, sementara, tak abadi.

Seringlah kita mendengar kata-kata “bila kau memiliki sesuatu, bersiap jugalah untuk kehilangannya”. Ya pahami bahwa setiap hal di dunia ini, akan hilang, tiada, bahkan untuk manusia yang beragama, apapun itu, pastilah menyadari bahwa hidup ini tak abadi, semuanya akan kembali pada Tuhan, karena semuanya milik Tuhan.

Begitupun dengan kejadian-kejadian, misalnya ketika seseorang merasa sedih, tak mungkinlah ia selamanya merasa sedih, karena sesaat kemudian ia akan merasa senang dan merasa ‘rasa-rasa’ lainnya. Orang sukses, pernahlah juga merasa gagal, suatu waktu bahkan merasa sedang tidak beruntung.

Intinya....

Ketika individu dapat memahami bahwa tidak ada yang abadi, setiap sesuatu hanyalah sementara adanya, maka ketika mendapatkannya, harusnya ia dapat menikmati keberadaanya (saat-saat ‘ada’nya) dengan sadar. Caranya yaa dengan benar-benar merasakannya dan mensyukuri bahwa ia dapat merasakan pernah memiliki ‘rasa’ ataupun ‘sesuatu’ itu. Maksimalkan ketika ada.

Ketika kehilangan dan patah hati, ya sudah nikmati saja, thoh nanti akan lenyap juga rasa itu, akan berganti dengan rasa lainnya, jangan terlalu larut dengan keberadaannya sampai lupa bahwa nantinya kita dapat merasakan yang lain.

Ketika memiliki uang, ya maksimalkan saja penggunaannya, karena nanti uang itu habis. Penuhi kebutuhan, sehingga ketika tak memiliki uang, kita tidak ada masalah.

Ketika ada waktu untuk belajar atau mengerjakan tugas, ya kerjakan saja. Karena nanti waktu itu akan habis digunakan oleh hal-hal lainnya.

Ketika menjadi pemimpin, ya bersungguh-sungguhlah dalam memimpin mumpung masih bisa tegas, memiliki kuasa, karena ketika diri lemah, tak kan sanggup lagi memimpin.

Buatlah setiap saat itu berarti dengan merasakan secara sadar keberadaan setiap hal. Maksimalkan keberadaannya dengan terus bergerak dan bisa mendapatkan nilainya, maknanya.

Seperti kata Edmund Husserl, manusia itu hrus sada5r untuk dapat memahami realita..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline