Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis. Mari Hancurkan PKS via Kompasiana Bicara politik pasti bicara keberpihakan, sebetulnya saya pengin netral. Tetapi melihat keadilan yang dikoyak-koyak, dipermainkan dan dinistakan saya menjadi geram dan marah. Marah pada negeri ini, marah pada orang-orang di dalamnya yang katanya doktor profesor, ahli di bidng hukum tetapi mlempem, lembek tidak bisa membuktikan kepinterannya itu. Itulah negeriku, ngeri anda, negeri kita Indonesia. Kalau ada sebuah partai politik yang paling menggemaskan untuk dihujat tentunya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meskipun tidak tercatat sebagai kader dan simpatisan, saya tertarik membahas parpol yang satu ini karena secara konsisten saya menemukan komentar-komentar negatif yang terlalu ramai pada setiap artikel yang memberitakan tentang partai ini, terutama di media-media online besar seperti Kompas.com, Detik.com, Okezone.com, Republika.co.id, Vivanews.com dan Inilah.com dan tentu saja kompasiana.com
Komentar-komentar negatif ini datang dari berbagai pihak dengan bermacam afiliasi politik termasuk yang mengaku apriori dan apatis terhadap politik. Lucunya komentar atau lebih tepat hujatan ini kadang benar-benar tidak ‘nyambung’ dengan berita, pokoknya apapun beritanya akan dihajar dengan hujatan-hujatan kejam yang ramainya minta ampun. Jika persentase hujatan terhadap jumlah komentar ini telah melebihi 95% tentunya akan berdampak pula terhadap opini publik.
Seandainya ada survey dari sekian tulisan yang pernah dimuat di kompasiana.com berapa persen yang menghujat PKS, dan berapa persen yang memuji PKS. Pasti hasilnya yang menghujat akan lebih banyak. Kita lebih senang rasanya mengotori hati dan pikiran kita, membuang energi dan konsentrasi untuk sekedar menghujat yang namanya PKS. Anda nggak percaya? Silahkan lihat setelah tulisan ini saya posting akan muncul orang-orang seperti itu. Dan anehnya, adminnya pun melakukan pembiaran, atau memang jangan-jangan kompasiana.com merupakan web pesanan untuk menghancurkan PKS? Siapa yang Tahu.
Padahal dari vonis kemarin publik juga tahu bahwa uang 1,3 milyar itu belum pernah sekalipun sampai ke tangan LHI, impor daging sapi pun juga tak berubah malah. Jadi tuduhan yang mana yang kemudian dibilang merugikan negara. Kalo kemudian dituduh melakukan pencucian uang, saya yakin SBY sekalipun juga tak akan bisa membuktikan darimana hartanya yang milyaran itu. Bahkan mungkin juga orang-orang KPK itu sendiri. Banyak kebohongan yang ditutupi, kebenaran yang dipermainkan. Terakhir saya ingin mengucapkan selamat kepada anda yang senang menghujat, semoga hujatan anda akan menjadi amal kebaikan bagi anda semua. Ingat Tuhan tidak tidur, sekecil apapun ucapan kita, Tuhan mencatatnya, kecuali anda tidak percaya lagi dengan Tuhan. Saya pun sadar dengan apa yang saya tulis dan saya ucapkan.
Kenapa Mesti Takut untuk Berkata Jujur? Berkatalah jujur walaupun pahit kenyataannya. Saya merasa agak aneh dan prihatin, ketika tulisan saya yang berjudul: "Apakah KPK Masih Bisa Dipercaya?", dikomentari oleh seorang kompasianer lainnya. Ada yang mendukung, ada pula yang membenci dan bahkan menakut-nakuti penulis, seolah KPK itu institusi yang tidak boleh dikritik. Sepertinya si komentator ini adalah warisan bahkan kader jaman ORBA sehingga pola pikirnya seperti jaman tersebut. Berikut kutipannya: Bagi saya mengapa mesti takut menyuarakan kebenaran, jika memang salah kenapa tidak kita mengatakan salah? Takut dipenjara karena menyebar fitnah? Kalo memang tidak, buktikan dong. Gitu aja kok repot. Memang sudah menjadi penyakit yang kronis di bangsa ini, terlalu takut terhadap penguasa sehingga tidak bisa berpikir bebas, mengkoreksi dengan kesungguhan hati. Kalo hanya berpendapat saja sudah takut, bagaimana mau berbuat yang lebih dari itu? Manusia diciptakan punya mata, telinga dan hati, jika ketiganya tidak digunakan sebagaimana mestinya manusia, mungkin kita perlu bertanya lagi pada diri kita sendiri :"Apakah saya masih boleh disebut manusia?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H