Lihat ke Halaman Asli

Suci Nadlifatur Rizqiyah

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Ketidakbiasaan Respon Tokoh "Cinta Tak Ada Mati" yang Menjadi Inspirasi Lain bagi Pembacanya

Diperbarui: 23 September 2023   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : gramedia

Judul Buku : Cinta Tak Ada Mati

Pengarang : Eka Kurniawan

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Mei 2018

Tebal : 153 Halaman

Tema: Cinta, kehidupan, dan kemanusiaan

ISBN: 978-602-03-8635-5

Cinta Tak Ada Mati karya Eka Kurniawan merupakan buku cerpen yang mengangkat berbagai tema mengenai cinta, kehidupan, kemanusiaan, dan keadilan. Buku ini berisi 13 cerpen yang sebelumnya sudah pernah dipublikasikan ceritanya pada koran, majalah dan jurnal. Notabene mengangkat tema cinta, buku ini digambarkan dalam berbagai bentuk, mulai dari cinta kasih, cinta romantis, hingga cinta kasih kepada sesama. Selain itu, tema kehidupan juga menjadi tema penting dalam buku ini, yang digambarkan dengan sudut pandang dari sisi terang hingga sisi kelamnya.

Tema kemanusiaan menjadi tema yang menonjol dalam cerpen "Tukang Sihir", yang menceritakan tentang seorang tukang sihir yang menggunakan sihirnya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Tema keadilan menjadi tema yang diangkat dalam cerpen "Kisah Seorang Pembunuh", yang menceritakan tentang seorang pembunuh bayaran yang mulai mempertanyakan tindakannya setelah bertemu dengan seorang wanita.

Karakteristiknya yang unik dengan menampilkan cerita orang-orang buangan, peristiwa aneh, hingga respon tak terduga dari karakter-karakternya membuat buku ini sangat menarik untuk dikulik lebih mendalam. Buku ini menceritakan tentang bagaimana tokohnya melawan kenyataan bukan dalam bentuknya yang gagah, tapi dengan bermain-bermain. Eka Kurniawan membangun karakteristik kumpulan cerpen Cinta Tak Ada Mati dengan menggambarkan bagaimana orang-orang buangan, pinggiran, dan mereka "yang tak punya sesuatu apa kecuali doa" melawan kemapanan. Eka menggambarkan kondisi budaya dan sosial-politik dari sudut pandang orang-orang buntung; mereka yang coba dibungkam dan diabaikan sepanjang sejarah.

Perempuan budak yang digambarkan pada cerita pertama dengan keahlian memasak di keluarga Belanda pada masa kolonial yang melakukan perlawanan dengan mencampur tanaman beracun ke dalam masakan-masakan sedapnya. Lalu, seorang perempuan yang membebaskan diri dari pernikahan paksa dengan menjadikan dirinya tak lagi perawan sebelum malam pertama. Terdapat juga juga pria yang tak kunjung mati meskipun seluruh bagian tubuhnya telah dipenggal dan dicacah. Pria itu terus hidup dan melawan meskipun sudah tak kasat mata. Tak semua karakter dalam kumpulan cerpen ini melawan karena diinjak. Bahkan, semua karakternya tak selalu manusia. Ada seekor binatang peliharaan fantasi yang digambarkan nyaris punah mencoba melakukan pemberontakan kecil di sebuah rumah keluarga manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline