Lihat ke Halaman Asli

Suci Islahiyah

Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Radikalisme, Terorisme dan Perempuan

Diperbarui: 29 Oktober 2022   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paham radikalisme dikalangan umat beragama islam seringkali disamakan dengan paham keagamaan padahal berbeda konteks dan tujuan dari apa yang diajarkan islam, pencetus radikalisme lahir dari berbagai kontigensi, mulai dari permasalahan ekonomi, kondisi politik, ketidak adilan sosial dan hukum dan isu marjinal pada kehidupan masyarakat. Pola organisasi paham radikal bervariatif mulai dari gerakan moral ideologi hingga militan bergaya militer. Organisasi ini memiliki tujuannya, tetapi yang menjadi penyamaan tujuan adalah mengganti kekuasaan negara dengan cara menggulingkan pemerintahan dan politik yang sah.

Mirisnya Radikalisme ini tidak jarang disandingkan dengan perempuan bercadar. Padahal di dalam Islam wanita sangat di muliakan. Karena pelaku radikal ini perempuan bercadar, konotasi cadar di negara Indonesia menjadi buruk. Padahal di dalam Islam tidak ada satu dalil apapun yang menyalahi pemakaian cadar. Bahkan banyak ulama yang setuju jika perempuan semakin tertutup maka semakin baik. Namun untuk kaum kaum tertentu penggunaan cadar di salah gunakan, dengan tujuan untuk menutupi Identitas dirinya.

Dikutip dari kbknews.id Keterlibatan perempuan dalam kasus terorisme merupakan hal yang baru di Indonesia. Hal itu diakui Peneliti dari Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Solahudin dalam acara bertajuk Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media, di Jakarta, belum lama ini.

Selasa pagi, 25 Oktober 2022, dihebohkan dengan berita seorang wanita bercadar menodongkan senjata kepada Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di Istana negara.

Meskipun tidak ada serangan mematikan, untuk kehati-hatian wanita itu berhasil diamankan. Motif dan identitas perempuan bercadar itu masih diselidiki oleh Penyidik Subdirektorat Keamanan Negara (Subdit Kamneg) pada Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya .

Karena masih diselidiki, maka belum jelas statusnya apakah Ia seorang teroris atau bukan. Tapi beberapa tahun terakhir ini muncul berita baru terkait strategi teroris. Mereka menggunakan perempuan sebagai senjata kejahatan. Hal ini sangat mengkhawatirkan sekali jika kaum perempuan mudah terhasut oleh kelompok-kelompok radikal itu.

Mengapa perempuan rentan terbawa arus radikalisme dan terorisme? Ada beberapa faktor, antara lain wanita lebih mengutamakan perasaan ketimbang logika. Karena perasaannya, perempuan jadi mudah terpengaruh oleh orang lain, khususnya oleh suaminya. Mereka digiring oleh sang suami menuju paham kekerasan, ditutupi dengan kata setia dan taat dari sudut pandang agama.

Perempuan juga menjadi incaran kelompok teroris karena umumnya perempuan cenderung lebih radikal ketimbang pria. Maksudnya adalah perempuan cenderung keras kepala dalam berpendapat, merasa selalu benar dan tidak mau disalahkan. Dilansir dari antaranews.com Tokoh perempuan penerima Penghargaan N-Peace 2012 mengatakan sifat dasar wanita lebih radikal atau memiliki totalitas dalam menjalankan perannya, menyebabkan kini wanita menjadi incaran kelompok teroris untuk menjadi anggota yang militan.

 Sebenarnya kembali kepada diri masing-masing, apakah karakternya itu akan dibawa ke ranah positif atau negatif. Jika dibawa ke ranah negatif mungkin benar saja karakter perempuan itu adalah sebuah kelemahan yang dimana akan merugikan orang lain. Namun jika karakter itu dibawa ke ranah positif maka itu akan menjadi point plus bagi perempuan, yaitu dengan emosionalnya diarahkan untuk agen perdamaian dan Menggerakan orang untuk semangat menebar kebaikan dan hal-hal positif.

Kemampuan perempuan dalam mempengaruhi orang lain ini perlu dibimbing dan diperkuat melalui pendidikan. Agar apa yang mereka sampaikan tidak mengalami kesalah pahaman. Jadi sangat dibenarkan jika perempuan juga diwajibkan untuk menuntut Ilmu setinggi-tingginya.

Kaum perempuan, sebagai benteng keluarga bisa mendeteksi dini terhadap ancaman terorisme di lingkungan dan komunitas masing-masing.  Yakni membentengi anak-anaknya dengan ajaran agama yang benar dan nilai-nilai kebangsaan. Sehingga dibutuhkan sekali perempuan-perempuan yang berkualitas untuk menghasilkan insan-insan yang berkualitas juga. Perempuan bisa mencegah peluang kelompok teroris merekrut lebih banyak pengikut yang menyasarkan wanita dan generasi muda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline