Lihat ke Halaman Asli

[FR] Kasih di Penghujung Ramadan

Diperbarui: 14 Juli 2015   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Nak,
Malam semakin larut, sepi menyelimuti kegelapan,
Dingin angin mampu menembus kulit dan tulang,
Tak ada yang sanggup membuka mata,
Memilih bergelung menjemput impian.

Nak,
Ibu terbangun mendengar suara desah nafas,
Wajahmu yang kosong menatap hampa tanpa makna,
Menambah dalam lingkaran dibawah bola mata,
Mengerus ceria yang lama tersungging di wajah penuh makna.

Nak,
Ibu tahu kamu begitu tergoda dengan gemerlap dunia,
Yang biasa didapatkan mereka teman-teman sebaya,
Menari-nari mengalungkan baju, sepatu, mainan, boneka,
Menerima hadiah untuk melengkapi kesempurnaan perayaan lebaran.

Nak,
Bukannya ibu tidak mau tahu,
Bukannya ibu pura-pura tidak melihat kegundahanmu,
Tidak juga menginginkan memberikan keinginanmu,
Apalagi berkeras tak memanjakan dirimu.

Tapi Nak,
Ibu tak mampu, tak sanggup, tak bisa,
Setidaknya untuk saat ini memenuhi keinginan,
Meski hanya sekedar baju, sepatu biasa yang murah harganya,
Sedikit rejeki kita hanya mampu untuk melunaskan zakat ,
Demi kesempurnaan puasa ramadhan kita.

Nak,
Maafkan ibu yang tak mampu penuhi,
Maafkan ibu yang masih seperti ini,
Bekerja hanya mampu untuk sehari-hari,
Tanpa menyisihkan untuk tambahan itu dan ini.

Nak,

Satu yang selalu ibu bagi,

Hanya untuk pujaan hati,

Kasih sayang sejati,

Hari ini, nanti dan kelak sampai mati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline