Meskipun saya tinggal di Solo, jauh dari Jakarta, tetapi menyeruaknya kabar demo besar-besaran di Jakarta tanggal 4 November nanti cukup menyita perhatian. Barangkali saya hanya satu orang dari sekian banyak orang yang was-was menunggu dengan khawatir tanggal 4 nanti.
Sejak minggu lalu , kabar aksi besar-besaran tersebut sudah tersebar cepat melalui media. Kabarnya tidak hanya massa dari Jakarta tetapi dari luar Jakarta-pun akan mengepung Jakarta. Kemungkinan berita tersebut benar karena jauh hari sudah ada pamflet yang berisi ajakan untuk mengikuti aksi tersebut.
Pamflet telah mereka siapkan dan disebarkan melalui web habibrizieq.com. Rupanya mereka membabi buta dan luar biasa bersemangat demo dengan tagline penistaan agama oleh Ahok. Mereka menamai kegiatan tersebut dengan Seruan Jihad Konstitusional. Bahkan mereka juga sudah memberikan anjuran kepada peserta demo untuk melakukan beberapa hal , yaitu
-Peserta Bawa Bekal untuk Kemungkinan Menginap di sekitar Istana Presiden.
-Peserta daerah membawa petisi Menuntut Polisi Penjarakan Ahok”.
-Peserta di minta begini “harap tulis Wasiat untuk keluarga dan berdoa untuk kemenangan Umat Islam
-Peserta dianjurkan puasa senin-kamis
-Peserta diharap banyak membaca al quran, wirid, dzikir, dll.
Dengan ponggah mereka mengklaim melakukan jihad untuk bela agama islam.
Sesungguhnya orang awam pun tahu, bahwa mereka itu tidak benar-benar demo untuk membela islam, tetapi untuk membela kepentingan kelompok tertentu. Kenapa? Tidak perlu dijelaskan karena jelas-jelas kalau memang mereka murni menuntut Ahok atas tuduhan penghinaan terhadap Islam, ya harusnya mereka konsisten menyerahkan perkara tersebut kepada pihak berwajib. Dan saat ini jelas-jelas Polri sudah memproses laporan penghinaan agama yang di tuduhkan kepada Ahok tersebut. Itu kalau mereka berpikiran sehat.
Upaya demo tersebut jelas sekali tidak hanya bertujuan menjatuhkan dan memasukkan Ahok ke penjara, menghentikan Ahok maju pada Pilgub DKI Jakarta Februari 2017 mendatang. Tetapi juga secara umum untuk mengoyang pemerintahan Jokowi. Ahok hanyalah pemicu ketidakpuasan, belum move on-nya kelompok-kelompok yang masih sakit hati atas kemenangan Joko Widodo(Jokowi)- Jusuf Kalla(JK).