Ibaratnya gadis yang sedang mekar, cantik dan menarik, Ahok memang wajar jika menjadi incaran. Pihak Parpol yang mengincarnya sampai ngeces melihat Ahok. Jika diibaratkan para laki-laki, parpol baik yang tua, muda, jejaka, sudah berkeluarga ingin terus mengincar Ahok dan berupaya untuk melamarnya.
Ahok, sebagai kuntum yang tengah mekar dikelilingi para laki-laki yang terus menerus berupaya untuk menarik perhatiannya dan mengodanya.
Ahok, meskipun belum terbukti bisa melaju sebagai Gubernur dengan jalur independen, tetapi tetap saja Percaya Diri (PD) dan tidak terlalu mengubris orang yang mengelilingi dan penasaran untuk segera meminangnya. Dengan cerdas Ahok menunggu sambil terus memperhatikan mana yang serius dan bisa mengantarnya ke gerbang DKI 1
Jika diibaratkan gadis yang sedang menjadi incaran, maka parpol-parpol saat ini bisa dikategorikan menjadi laki-laki pengincarnya.
Nasdem dan Hanura, parpol yang kategori baru ini sudah sejak awal bersikeras untuk mendukung Ahok, tidak peduli Ahok mau maju lewat jalur independen atau parpol mereka. Mereka menjadi penguat dukungan Teman Ahok. Kedua parpol ini teramat jeli dan cerdas untuk memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahok, karena tahu kemampuan Ahok. Dengan dukungan yang besar sangat terbuka kemungkinan Ahok terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017 , sehingga pamor kedua parpol akan serta merta terangkat. Mereka belajar dari naiknya pamor PDIP dan Gerindra manakala Jokowi- Ahok berhasil memenangnkan Pilgub DKi Jakarta lalu. Hal itu tentu saja diharapkan akan menambah dukungan dan kursi keduanya di parlemen.
Golkar, parpol tua yang sudah banyak makan asam garam di dunia perpolitikan ini , ibaratnya laki-laki matang tetapi masih suka plin plan. Belum lama Golkar di DKI Jakarta menolak Ahok secara terang-terangan dan menjalin komunikasi dengan parpol lainnya untuk menghadang Ahok, eh tak lama Golkar menyatakan akan memberikan dukungan kepada Ahok. Sebagai parpol yang sangat matang, ia tahu peluang untuk terus berjaya dan memanfaatkan situasi saat elektabilitas Ahok semakin tak terbendung.
Kemudian Gerindra dan PKS. Keduanya sepertinya serius untuk mencari penantang Ahok. Gerindra sebagai parpol yang mendukung dan mengantarkan Ahok berpasangan dengan Jokowi memimpin DKI Jakarta, merasa sakit hati karena jelas-jelas Ahok dianggap telah mengkhianatinya. Maka , ia tak mau lagi untuk mendukung Ahok maju, karena takut dikhianati lagi. Alhasil Gerindra mencari sekutu dan memilih PKS untuk mengoyang laju Ahok. Sjafrie Sjamsoeddin telah di rumorkan akan diusung untuk menjajal kemampuan Ahok.
PDIP, parpol yang satu ini sebenarnya tak perlu risau. Toh dengan 28 kursi di DPRD DKI , ia bisa melaju kencang. Tak usah hiraukan Ahok yang akan tetap maju dengan pilihan politiknya. Tetapi PDIP agaknya gentar dan ciut nyalinya manakala Ahok belum mau dipinang karena memilih lewat jalur independen. Meskipun kecewa dan sesumbar tidak akan mendukung calon independen, tetapi sebenarnya PDIP masih menaruh harapan kepada Ahok. Mereka terus berupaya untuk mengoda Ahok dengan beragam cara salah satunya memuji pasangan duet Ahok-Djarot terbukti mampu bekerja untuk DKI Jakarta. PDIP juga telah mengisyaratkan menyediakan wagub tetapi masih mencari gubernur yang cocok di hati.
Sementara parpol lainnya seperti PAN, telah menyatakan tidak akan mendukung calon independen, dan memilih menjalin komunikasi dengan parpol lainnya. Kemungkinan merapat ke PDIP. Demikian juga dengan PKB yang bisa dilihat akan memilih mengekor dengan parpol lainnya.
Para pengincar Ahok ini telah melakukan beragam cara untuk mematahkan tekad Ahok melaju lewat jalur independen. Bahkan yang mencolok adalah betap rumit dan sulitnya proses verifikasi yang diamanatkan UU Pilkada yang baru.
Ahok memang mengoda, seksi , membuat mabuk kepayang, hati dag dig dug. Pesonanya tidak akan hilang dari ingatan dan terus menari-nari di pelupuk mata. Maka tak heran jika parpol kelimpungan, tak doyan makan, tak bisa tidur nyenyak dan dihantui rasa was-was kalau-kalau Ahok terlanjur menjatuhkan pilihan yang akan disesali mereka.