Lihat ke Halaman Asli

Meski Diwarnai "Error", UNBK Lebih Praktis, Cepat, dan Tidak Bikin Capek

Diperbarui: 19 Mei 2016   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murid mengerjakan soal ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan komputer jinjing di SMK Negeri 2 Salatiga, Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (13/4). Mulai tahun ini, sebagian sekolah mulai menggunakan sistem ujian berbasis komputer dalam penyelenggaraan ujian nasional. (KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Untuk pertama kali MTsN 1 Solo, Jawa Tengah, sekolah anak kedua saya melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) disebut juga Computer Based Test (CBT). MTsN 1 Solo baru tahun ini siap untuk melaksanakan UNBK, padahal sudah ditawari sejak tahun lalu. Sekolah anak saya tersebut, satu-satunya MTsN di Solo yang pertama kali ikut melaksanakan UNBK. Total dari 85  SMP negeri, SMP swasta dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Solo, baru ada 20 sekolah yang menggelar UNBK. Perinciannya tujuh SMP negeri dan 13 SMP swasta serta 1 MTsN yaitu MTsN 1 Solo.

Jauh-jauh hari, pihak sekolah sudah melakukan sosialisasi kepada orang tua murid, tepatnya bulan November 2015 lalu. Kala itu, pihak sekolah juga menawarkan orangtua agar ikut mendukung upaya UNBK yang akan dilakukan di MTsN 1. Karena keterbatasan sarana prasana, pihak sekolah menawari orangtua untuk membantu pengadaan laptop sebagai penunjang UNBK. Ada 2 tawaran, yaitu orangtua iuran membeli laptop, satu lapto di tanggung 3 orangtua siswa (jatuhnya sekitar 1,3 juta/orang) atau orangtua membawakan laptop putra-putrinya dari rumah yang akan dipinjam sekolah untuk persiapan UNBK. Tidak banyak yang dipinjam karena sekolah hanya butuh sekitar 120 laptop. Rencananya UNBK akan dibagi menjadi tiga sesi. Jadi, setiap sesi ada 3 ruang, membutuhkan sekitar 40 laptop untuk setiap ruang. 36 laptop digunakan untuk UNBK, sementara ada 4 laptop cadangan.

Singkat cerita, orangtua keberatan kalau harus iuran membeli laptop sehingga diputuskan untuk meminjamkan laptop yang dibutuhkan sebanyak 120 buah tersebut. Tetapi dalam perjalanannya, akhirnya pihak sekolah sendiri yang menyediakan laptop tersebut tanpa ada pinjaman dari orangtua murid dan tidak ada iuran.

Pelaksanaan UNBK Diwarnai Error

Sebelum UN, beberapa kali sudah dilakukan uji coba pelaksanaan ujian dengan komputer maupun manual. Saat pelaksanaan uji coba UNBK, beberapa kali diwarnai error dan hang. Bahkan di salah satu uji coba, saat mengerjakan soal Matematika, laptop anak saya error. Ia sudah sampai dua kali berpindah laptop tetapi tetap tidak bisa. Pada saat itu juga operator juga tidak mampu menangani masalah teknis tersebut. Akhirnya anak saya hanya bisa mengerjakan soal dengan waktu 25 menit dan laptop nge-lock (ngunci) sendiri.  Alhasil nilai ujian anak saya untuk hari itu diberikan catatan oleh gurunya karena masalah teknis.

Hal itulah yang membuat cemas karena khawatir saat UN akan mengalami masalah yang sama. Karena bagaimanapun, terkadang ada masalah teknis yang tiba-tiba terjadi dan mungkin tidak bisa diantisipasi oleh operatornya. 

Demikian juga saat UN kemarin (9-12 Mei 2016), sejak hari pertama, beberapa murid mengalami error di laptopnya. Hal itu juga terjadi pada anak saya. Setiap hari, selama 4 hari UN, laptop yang dipakainya mengalami eror, bahkan sampai 5 kali. Bahkan, ada temannya yang laptopnya error sampai belasan kali dalam sehari.  Untung saja, anak-anak sudah dibekali untuk mengantisipasi hal tersebut.

Error berkali-kali tetapi mudah antisipasinya,” kata anak saya saat menceritakan pengalaman UN di hari pertama. Hanya butuh waktu sekitar 1-2 menit untuk mengembalikan fungsi laptop seperti semula dengan beberapa kali pencet (sudah diberikan rumusnya). Kepanikan tidak ada lagi di wajah anak saya saat menceritakan karena pada dasarnya ia dan teman-temannya telah dibekali cara penanganan manakala sistemnya bermasalah.

Saat saya tanya lebih suka UN dengan paper atau UNBK, ia bilang, ”Ya UNBK–lah. “

“Kenapa, Mbak?”

“Iya, lebih cepat mengerjakan. Kalau pakai kertas, baru ngisi identitas saja sudah lebih dari lima menit. Lagi pula risiko tidak terlihat komputer juga besar kalau menebalkan lingkaran kurang hitam. Belum lagi kalau salah, menghapusnya harus bersih sekali biar terbaca. Wah itu butuh waktu lama.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline