Untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki kapal khusus yang dipergunakan sebagai pengangkut ternak. Kapal tersebut adalah Kapal Khusus Pengangkut Ternak KM Camara Nusantara1, yang diresmikan oleh Presiden RI pada November 2015.
Sebagaimana diketahui, pengadaan kapal ternak KM Camara Nusantara I dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan pada tahun anggaran 2014 yang lalu. Kapal yang memiliki panjang 69.78 meter ini memiliki fasilitas geladak kandang ternak, ruang palkah muatan, kandang ternak, tangga naik khusus ternak dan klinik hewan dengan dokter sesuai standar internasional. Tak tanggung-tanggung, pemerintah mempersiapkan secara khusus sehingga KM Camara Nusantara I dibuat senyaman mungkin bagi hewan ternak.
Dengan lebar kapal 13.60 meter, tinggi 4.30 meter , dengan 2.000 GT, kapal ini mampu menampung 500 ekor sapi untuk sekali angkut.
Kementerian Perhubungan berusaha mewujudkan program pemerintah untuk mencapai swasembada daging. Pengadaan kapal ternak juga merupakan salah satu dari 4 (empat) fokus kerja Kementerian Perhubungan, yaitu peningkatan kapasitas.
Tujuan kapal ternak secara spesifik adalah untuk mendukung distribusi daging sapi/kerbau nasional dalam upaya mencapai swasembada daging sekaligus mengimpelentasikan prinsip animal welfare (kesejahteraan hewan). Selain itu untuk mengurangi biaya transportasi pengadaan sapi dari pusat-pusat peternakan sapi untuk dibawa ke kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya-Bandung-Medan, Makassar . Dengan kelancaran pendistribusian sapi dari berbagai sentra sapi di Indonesia timur, diharapkan harga sapi di jawa dan sekitarnya akan lebih murah. Kapal tersebut juga dapat mengurangi risiko kematian sapi dan penyusutan bobot sapi. Peternak dari NTT. NTB tidak perlu lagi mengunakan truk untuk mengangkut sapi, tetapi mengunakan kapal khusus ternak yang disediakan pemerintah.
Pengangkutan sapi mengunakan kapal khusus ternak dapat memangkas biaya transportasi 80% dari Rp1,8 juta menjadi Rp1,2 juta.
Sebab muatan sapi kurang
Belum genap dua bulan pengadaan kapal khusus ternak tersebut, ada kegelisahan tentang keefektifan pengadaan kapal tersebut . Terhitung sejak di operasionalkan, KM Camara Nusantara I yang berangkat perdana tanggal 7 Desember 2015 , baru dua kali mengangkut sapi dari NTT. Angkutan pertama, Desember 2015 lalu dengan membawa sapi 353 ekor, sementara untuk tarikan yang kedua hanya mengangkut 100 sapi dari NTT dan NTB .
Dengan jumlah Jumlah Crew 32 orang dan diberikan subsidi Rp 700 jta pada tahun 2015, kapal ternak dianggap tidak cukup berhasil karena belum mampu mengangkut sapi sesuai dengan kapasitas kapal.
Menurut saya pribadi, waktu yang baru saja berjalan sebulan belumlah cukup fair untuk menilai kemanfaatan sebuah program.
Kenapa?
Pertama, karena program pengadaan kapal ternak tersebut masih baru, sehingga masih banyak hal yang harus di benahi, disepakati antara pemerintah (Kementrian Pertanian ) dengan pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah dan peternak sapi dari NTT dan NTB. Misalnya belum ada kesepakatana harga jual beli sapi antara Kementan dengan peternak sapi NTT dan NTB.
Kedua, dalam perdagangan mengunakan patokan mekanisme pasar, sehingga lumrah jika peternak sapi di NTT dan NTB lebih memilih menjual sapinya ke Kalimantan yang harga jualnya lebih tinggi dibandingkan jika dijual ke Jakarta dan sekitarnya. Sapi mereka di hargai Rp 40.000- 45.000/kg di Kalimantan. Ada selisih sekitar Rp 5000/kg jika dijual di Jakarta yang memberandol harga sekitar Rp 35.000/kg.
Ketiga,meskipun sapi di NTT dan NTB populasinya besar, tetapi sebenarnya lebih banyak yang dimiliki oleh masyarakat, bukan di miliki oleh perusahaan. Butuh waktu dan koordinasi untuk mengumpulkan sapi dari daerah-daerah , belum lagi dari sisi sarana transportasi yang kurang memadai sehingga menyulitkan pengumpulan sapi. Dari sisi ketersediaan stok sapi, jika bukan dari perusahaan yang berbasis indusri pengembangan sapi, maka tidak mudah untuk menjamin stok sapi selalu tersedia.