Saat ini, mendapatkan kendaraan sangat mudah, terlebih untuk mendapatkan sepeda motor. Hanya dengan uang muka (DP) Rp 500 ribu saja , kita ke dealer dan pulang sudah membawa motor baru. Bahkan tak jarang dealer yang menawakan paket mudah, tanpa uang muka, hanya cukup melengkapi administrasi seperti KK, KTP, slip gaji, NPWP, tak sampai sehari, motor sudah dikirimkan ke rumah. Mudah, praktis, murah dan menyenangkan.
Tak heran jika kemudahan tersebut berdampak banyaknya sepeda motor berseliweran di jalan, entah jalan gang kampung, gang RT, jalan besar, jalan utama. Jalanan mulai di rambati dengan tumbuhnya sepeda motor yang luar biasa. Dan mau tidak mau membuat kepadatan lalulintas semakin padat saja, macet menjadi ancaman utama.
Dibandingkan dengan Negara di Asean, di Indonesia, laju pertumbuhan sepeda motornya paling tinggi mencapai 13,2% dibanding moda transportasi lainnya. Sementara berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah kendaraan yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai 104,211 juta unit, naik 11 persen dari tahun sebelumnya (2012) yang cuma 94,299 juta unit. Penyumbang terbesar adalah sepeda motor dengan jumlah 86,253 juta unit di seluruh Indonesia, naik 11 persen dari tahun sebelumnya 77,755 juta unit.
Karena sepeda motor menjadi sarana transportasi yang murah, mudah, efisien, dan hemat. Murah karena membelinya bisa diangsur dari setahun, dua tahun, tiga tahun sampai lima tahun. Mudah karena banyak tersedia di dealer-dealer, kemudian mudah karena hampir setiap orang bisa menjangkaunya. Efisien karena dengan mengunakan sepeda motor lebih cepat menjangkau tempat kerja, lebih gampang untuk beraktivitas. Hemat karena lebih murah membeli bensin motor daripada membayar biaya angkuta atau bis.
Selain macet, ancaman kecelakaan semakin mengkhawatirkan. Data Polri menyebutkan, tahun 2009-2013, tercatat ada 138 ribu orang meninggal dunia dan 700 ribu orang terluka pada kecelakaan jalan raya. Sepeda motor merupakan moda transportasi paling rentan terlibat kecelakaan.
Kemudahan mengunakan sepeda motor tak ayal membuat orang semakin enggan untuk mengunakan sarana transportasi seperti bis apalagi sepeda onthel. Rasanya bisa dihitung dengan jari orang yang masih mau mengunakan sepeda onthel untuk melakukan aktivitasnya. Mencari anak-anak sekolah yang naik sepeda saja susah, apalgi orang yang kerja. Tidak di desa, dikota apalagi. Hanya sebagian kecil anak sekolah yang masih bersuka hati mengayuh pedal sepeda, berpeluh keringat sambil bergurau penuh semangat ke sekolahnya.
Ditengah pesatnya pertumbuhnya sepeda motor, sepeda onthel masih memiliki peminat. Menariknya, meski jumlah pemakai sepeda onthel tidak cukup banyak, tetapi masih ada bengkel sepeda yang eksis sampai saat ini. Di pinggir kota Solo, meskipun sudah jarang orang yang mengunakan sepeda, tetapi ada bengkel sepeda onthel yang sampai sekarang masih eksis. Bengkel Pak Mo (sebut saja demikian), sudah membuka usaha bengkel lebih dari 5 tahun yang lalu. Karena masih kontrak, tempat usaha bengkelnya berpindah tempat tetapi masih di pinggir jalan besar Solo-Kartosuro, tepatnya di jalan Slamet Riyadi Makamhaji, Sukoharjo. Tidak terlalu jauh dari underpass Makamhaji, tepatnya underpass ke timur sekitar 1 Km.
Bengkel sepeda onthel ini tidak hanya membuka jasa untuk perbaikan sepeda onthel saja tetapi juga menjual sepeda onthel baru dan bekas. Beragam jenis sepeda ditawarkan, dalam berbagai ukuran, sepeda ukuran 26, 24, sampai sepeda tanggung, mini dan sepeda keci, sepeda roda tiga, dlll. Tidak hanya menyediakan satu merk sepeda saja, tetapi berbagai merk sepeda ada. Seperti Polygon, United, Wymcyle, Phonic, dll, komplit. Harga yang ditawarkan juga cukup terjangkau, ada variasi harga dari mulai yang Rp 200 ribu sampai yang lebih dari Rp 3 juta. Kalau mau tukar tambah, bengkel ini juga melayaninya, transaksi bisa dilakukan dengan tawar menawar. Sepeda anak-anak saya juga membeli dari bengkel Pak Mo. Membelinya bekas saja, tetapi masih bagus. Polygon yang sekarang sudah jarang keluar, meskipun bekas masih dihargai 1,7 juta. Harga barunya berkisar Rp 3 juta.
Meskipun tidak terlalu luas, tetapi bengkel ini mempunyai ratusan sepeda onthel, dengan omset ratusan juta. Dengan pegawai 3 orang ditambah pemiliknya satu orang, bengkel ini bisa menservis puluhan sepeda setiap harinya. Karena tidak mudah mendapatkan bengkel sepeda onthel di Solo bagian selatan dan sekitarnya , bengkel ini mempunyai pelanggan tetap yang lumayan banyak. Tak hanya warga sekitar, tetapi juga warga dari desa, kecamatan dan wilayah lain sudah menjadi pelanggannya.
Bagi yang berada di Solo dan sekitarnya, jika kesulitan mencari bengkel sepeda, silahkan ke bengkel Pak Mo. Buka setiap hari, kecuali hari Jumat, dari jam 09.00 sampai 16.00, pemilik dan pegawainya melayani dengan ramah dan senyum.