Surabaya_“Kalau engkau bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis. Ibarat satu peluru bisa menembus satu kepala, satu tulisan bisa menembus ribuan media,” ujar Sahrir, Departemen Humas Badan Kerohanian Islam(BKI), Surabaya sepadan kutipan Imam Ghozali mengenai pentingnya menjadi penulis.
“Benar, sebuah tulisan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Selama tulisan masih ada, selama itu pula kebenaran akan tetap ada,” sanggah salah satu mahasiswa Fakultas kedokteran hewan.
“Mari belajar menulis tentang dirimu, agamamu, lingkunganmu, dan hidupmu,” terangnya dalam pers release yang akan mengelar Moslem Jurnalism Class, Jum'at, (18/11).
Moslem Jurnalism Class yang akan digelar di Ruang Candika Bangsal Pancasila,Universitas Wijaya Kusuma Surabaya merupakan salah satu rangkaian program kerja Departemen Humas dalam bidang Jurnalistik dengan menghadirkan pembicara Andre Rahmatullah, Anggota Penulis Muda Nusantara (PENA) Jawa Timur, sekaligus Alumni Pondok Pesantren Gunung Tembak Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur.
Helatan yang diadakan merupakan wadah bagi para muslim untuk bisa menulis dari berbagai ragam model tulisan guna menginspirasi orang lain. Pasalnya, berdakwah tidak hanya melalui keterampilan berbicara saja. Para muslim bisa berdakwah melalui keterampilan menulis untuk semua umat islam.
Mahasiswa asal Kendari, Sulawesi Tenggara memaparkan tujuan kegiatan, yakni sebagai ajang menumbuhkan bakat dan minat mahasiswa muslim dalam menulis. Selain itu, untuk melatih kreativitas diri, juga menumbuhkan rasa cinta menulis sebagai budaya intelektual muslim.
“Semoga rekan-rekan yang belum bisa mengekspresikan idenya dalam bentuk tulisan. Harapan besar usai mengikuti Jurnalism Class ini mampu menuangkanidenya secara tertulis,” harap lelaki kelahiran Pasampang, 04 Juli 1994.
Teruntuk UWKS, sapaan kampus yang pernah menyabet Juara 3 futsal Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Cup 2011, Andre Rahmatullah, selaku pemandu mengungkapkan kebathilan background media massa saat ini.
“Memberitakan sebuah fitnah, memutar balikkan fakta, memanipulasi data,memperbesar kebathilan, dan meredupkan kebaikan. Itulah kejahatan media massa sekarang,” ucap pria kelahiran Mojokerto, Jawa Timur ini.
Tidak banyak jurnalis muslim yang memiliki kesadaran akan hal itu. Mereka lebih nyaman dengan dunia maya. Padahal kita tahu, masa depan Negara berada dikepemimpinan generasi muda. Generasi yang cerdas adalah generasi yang berpikir maju, generasi yang sadar, tentang dirinya, lingkungannya, dan negaranya.
Tidak salah, program Moslem Jurnalism Class akan membuka mata hati, juga mata kata generasi muslim khususnya. Oleh karenanya, Panitia Moslem Jurnalism Class menginformasikan bagi generasi muslim untuk bergabung dan turut turun tangan memajukan Negara, karena dalam acara itu peserta akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat, stiker, sertifikat, juga snack dari panitia.